Ngelawar dan Buat Gebogan, 468 Siswa SD Bali Public School Ikuti Kegiatan Sambut Saraswati
SD Bali Public School (BPS) Denpasar menggelar acara ‘Ngajegan Budaya lan Tradisi Bali’ dalam rangka menyambut Hari Suci Saraswati
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - SD Bali Public School (BPS) Denpasar menggelar acara ‘Ngajegan Budaya lan Tradisi Bali’ dalam rangka menyambut Hari Suci Saraswati serta odalan di padmasana BPS yang dilaksanakan rutin setiap 6 bulan sekali.
“Memang sehari sebelum Saraswati kita biasanya rutin melaksanakan kegiatan ngayah dan mebanjar seperti ini,” kata Kepala Sekolah SD Bali Public School, Edi Putra, M.Pd, saat ditemui Jumat (10/5/2019).
Edi mengungkapkan jumlah peserta yang terlibat dalam kegiatan adalah 468 siswa, dari kelas I sampai kelas VI.
Anak-anak dibagi menjadi beberapa tempekan. Kemudian mereka membuat sarana upakara dan bahan makanan seperti ngelawar dan nyate.
Siswa kelas I dan II membuat canang sari untuk digunakan dalam upacara Saraswati.
Baca: Sempurnakan Program Pitra Jagra, RSUD Klungkung Bakal Sediakan Peti Mati Gratis
Baca: Banyak Ular Masuk Rumah di Denpasar, Antisipasi Dengan Meletakkan ‘Jimat’ Ini di Depan Pintu
Siswa kelas III membuat kwangen. Sedangkan Siswa kelas IV, V dan VI mengikuti lomba membuat pejati, lomba membuat gebogan dan ngulat klakat. Selanjutnya dilaksanakan megibung (makan bersama) di akhir acara.
Edi menyampaikan tujuan utama dari kegiatan ngayah dan mebanjar adalah untuk menumbuhkan sikap spiritual dan sikap sosial para siswa.
“Disinilah praktik langsung dalam proses pembelajaran Agama Hindu khususnya. Mereka diajarkan menyama braya dan pengenalan budaya Bali,” terangnya.
Di samping itu, dalam konsep menyama braya di Bali, desa adat mengikat dalam satu kesatuan adat sehingga di BPS juga memperkenalkan tempekan-tempekan untuk mengajarkan cara bersosialisasi dan berkomunikasi.
Baca: Ni Ketut Rumi Khawatir Rumahnya Ambruk, Warga Keluhkan Program Rehab Rumah
Baca: Gubernur Isyaratkan Tutup Taksi Online di Bali Dengan 3 Pilihan Penawaran
“Contoh membuat bumbu lawar, mereka ada yang mengupas bawang, ada yang membuat bumbu rajang dan melilit sate. Mereka berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa lisan dan kemudian dicicipi bersama-sama. Di situlah mengajarkan pendidikan karakter artinya turut merasakan bersama-sama,” paparnya.
Di akhir proses ngayah, para siswa diajak megibung (makan bersama) yang filosofinya tidak membeda-bedakan status siswa, serta mereka makan dengan menggunakan tangan dengan tujuan menanamkan nilai karakter siswa sejak SD.
Sementara itu seorang siswa, Ni Putu Akira Kumara Kanti (12) menyatakan senang bisa mengikuti kegiatan.
“Saya bikin banten Saraswati. Rasanya seru. Ini baru pertama kali membuat banten Saraswati,” ucap Akira.
Baca: Polres Badung Libatkan Siswa dalam Kampanye Keselamatan Berlalu Lintas
Baca: Dikenal Ganas Dan Bisa Remukkan Tulang Manusia, Ini Kelemahan Ular Piton Yang Tak Banyak Diketahui
Setiap tahun, lanjut dia, kegiatan budaya seperti ini rutin diselenggarakan di sekolahnya.
Namun ia mengaku baru pertama kali membuat banten Saraswati, dan sebelumnya hanya pernah membuat gebogan dan canang biasa saja.
“Dengan acara ini, pengetahuan kita jadi nambah dan tau budaya Bali. Di rumah jarang (membuat banten), biasanya nenek yang bikin,” ujar siswi kelas VI yang bercita-cita jadi dokter ini. (*)