Pura Penataran Ped

Jangan Gunakan Saput Poleng Sembahyang di Pura Penataran Ped, Nusa Penida

Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling memiliki nama lain yakni Ratu Bhatara Gede Sakti. Jika orang-orang menyebutnya seperti hal itu merupakan

Tribun Bali/AA Putu Santiasa
Ulam Ageng Pelinggih di Pura Segara. Setiap pemedek mulai tahapan persembahyangan dari pura ini dilanjutkan ke Pura Taman, Pura Ratu Gede, terakhir di Pura Penataran Agung. 

Kemudian I Gede Mecaling kembali melakukan tapa yoga di Ped memuja Ida Bhatara Ludra.

Karena ketekunannya, ia pun dianugerahi Panca Taksu oleh Ida Bhatara Ludra.

Kelima taksu tersebut ialah taksu kesakten (kesaktian), taksu balyan (dukun), taksu pangeger (guna-guna yang membuat orang mabuk cinta), taksu panulak grubug (penolak wabah penyakit), taksu anggawe bragala kamaranan (membuat para buta kala tersenum sendiri dan lupa diri).

Setelah mendapatkan penganugerahan dari Ida Bhatara Ludra, I Gede Mecaling menjadi penguasa di Pulau Nusa Penida diiringi oleh sejumlah wong samar.

Mulai saat itu beliau bergelar sebagai Papak Poleng.

Dalam hidupnya, I Gede Mecaling tak berhenti melakukan tapa yoga, dan menjelma bagaikan seorang dewa yang bergelar Ida Bhatara  Ratu Mas.

Kemudian, di tempat beliau, dibangun pura yang disebut sebagai Pura Penataran Ped dan merupakan salah satu pura Sad Kahyangan yang ada  di wilayah Nusa Penida.

Pura ini sebagai tempat pemuliaan Ida Bhatara Ratu Mas dan Ratu Gede.

Disebutkan, sekarang Ida Bhatara yang berstana di Pura Ratu Gede bergelar  Ida Bhatara Ratu Gede dan yang berstana di Pura Penatraan Ped beliau bergelar Ida Bhatara Ratu Mas.

Ida Bhatara Ratu Gede merupakan wujud Purusa dan Ida Bhatari Ratu Mas merupakan wujud Pradhana.

Ida Bhatara Ratu Gede yang berstana di Pura Ratu Gede dan Ida Bhatara Ratu Mas yang melinggih di Pura Penataran Ped.

Diyakini memiliki sifat angker, maha dahsyat, sakti, juga pemurah, pengasih, serta maha adil dan bijaksana.

Beliau memiliki 108 berupa ancangan wong samar yang bersemayam di area sekitar pura.

Sewaktu-waktu para wong samar ini dapat menyebarkan wabah panyakit.

Untuk itu, ada beberapa jenis upacara dan persembahan untuk menanggulangi  wabah penyakit tersebut.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved