Young Gen
Luh Putu Sari Tak Sangka Jadi Juara Teruni Jegeg Foursma 2015
Luh Putu Sari Widyayanti Gunarta (16) berhasil meraih Juara I Teruni Jegeg Foursma 2015. Siswi kelas XI MIPA ini tak menyangka jika dirinya bisa juara
Laporan Wartawan Tribun Bali, Luh De Dwi Jayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Luh Putu Sari Widyayanti Gunarta (16) berhasil meraih Juara I Teruni Jegeg Foursma 2015.
Siswi kelas XI MIPA ini tak menyangka jika dirinya bisa menjadi sang juara.
“Ini benar-benar pengalaman baru bagi saya. Saya belum pernah mengenal dunia ini sebelumnya,” ungkap gadis kelahiran Denpasar, 17 Mei 1999 ini.
Berkat kerja keras dan dukungan dari teman-temannya, Sari berhasil lolos sebagai Teruni Jegeg Foursma 2015.
“Saya merasa senang karena tidak mengecewakan teman-teman yang telah mendorong dan memberikan semangat dari awal daftar hingga akhir. Begitu juga orang tua yang selalu support,” papar Sari saat ditemui Tribun Bali, Kamis (29/10/2015).
Banyak tugas yang diemban oleh Sari saat menjadi Teruni Jegeg.
Terutama menjadi role model bagi teman-temannya dan akan mengikuti ajang Jegeg Bagus Denpasar bulan Februari mendatang.
“Sekarang saya masih berbenah diri, berusaha tampil yang terbaik dan selalu membantu sekolah untuk mewujudkan visi misi,” jelas gadis yang memiliki hobi menari ini.
Adapun pemenang TBTJ Foursma yaitu I Nyoman Widayana Rahayu dan Luh Putu Sari Widyayanti Gunarta sebagai juara I, Sang Putu Putra Diksotama dan Ketut Kanya Paramitha Devita sebagai juara II, serta I Gede Indrayana Yogaputra dan Putu Ariestha Ayu Priscitadewi sebagai juara III.
Koordinator Acara Siswa TBTJ Foursma, I Gusti Agung Gede Indra Gita Gandhi (17) mengatakan persiapan lomba TBTJ Foursma sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu.
Gung De Indra yang juga menjabat sebagai Kasi 8 OSIS Foursma mengaku persiapan untuk perlombaan ini sudah dirancang dengan matang.
“Semua kelas diwajibkan mendelegasikan peserta untuk ikut TBTJ Foursma, kalau tidak maka kami berikan sangsi sebesar Rp 300 ribu. Sangsi itu atas kesepakatan bersama guru dan panitia,” tutur Gung De Indra. Maka itu dari 30 kelas di Foursma, ada dua kelas yang tidak ikut lomba TBTJ.
Ia mengaku sangat sulit saat registrasi peserta karena banyak yang takut duluan.
Peserta takut untuk sesi interview dan public speaking.
