Iron Man Bali
Tak Banyak yang Tahu, Ini Secuil Kisah Perjalanan Iron Man Bali
Di Denpasar, Tawan mengaku tak mendapat kerja alias ditolak. Sebulan tanpa penghasilan, Tawan mengaku bertemu dengan orang yang bernasib sama
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Dibayangi dengan kegagalan, Sutawan mengaku nekat.
Tahun 2005, pria kelahiran Nyuh Tebel ini menikahi Ni Nengah Sudiartini yang dikenalnya sejak duduk di bangku SMP.
Setelah menikah, lanjutnya, bersama sang istri membangun usaha elektronik. Hanya bertahan beberapa tahun, usaha elektronik itu gulung tikar.
Saat itu, pasangan Ni Nengah Sudiartini dan I Wayan Sumardana baru dikarunia satu orang anak, I Made Astro Bintang Putra.
Lantaran tak ingin hidup sang anak serba kekurangan, Tawan akhirnya merantau ke Denpasar.
Di Denpasar, Tawan mengaku tak mendapat kerja alias ditolak.
Sebulan tanpa penghasilan, Tawan mengaku bertemu dengan orang yang bernasib sama dengannya di sebuah pura.
“Cuma orangnya kaya. Terus saya diajak berbisnis emas di Denpasar. Per hari hanya dapat gaji Rp 25 ribu. Sekitar 6 bulan saya ikut dengannya,” jelas Tawan.
Lantaran kangen dengan sang anak dan istri, Tawan akhirnya kembali ke kampung halaman.
Sebelum bekerja sebagai tukang las, Tawan mengaku sempat menjadi guru di SMK Manggis, hanya saja tak mendapat gaji.
Setelah itu ia mengembara ke Nusa Penida sebagai buruh PLN.
“Saat jadi buruh PLN, pernah kesetrum listrik sampai tak sadarkan diri. Saya berhenti dan pulang ke kampung halaman. Anak saya yang pertama sampai nggak ingat saya. Mungkin karena terlalu lama merantau,” terangnya.
Dengan keberanian yang cukup besar, suami Sudiartini ini membuka usaha bengkel las.
Lantaran penghasilan dianggap kurang cukup per harinya, Tawan akhirnya membeli barang bekas warga.
Sembari bekerja, Tawan merakit alat-alat yang dibutuhkan warga setempat.
“Alat yang saya buat pertama adalah penggilingan jagung. Sampai sekarang masih digunakan warga. Setelah tangan saya lumpuh, baru menemukan ide merancang robot untuk bekerja,” ungkapnya. (*)