Warga Waswas Lihat Asap Hitam Tebal dari PLTU Celukan Bawang

Selama ini, kendati berbahan bakar batubara, PLTU Celukan Bawang diklaim sebagai ramah lingkungan, karena dijanjikan tidak ada partikel debu

Penulis: Lugas Wicaksono | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Istimewa
Asap hitam pekat dari cerobong asap PLTU Celukan Bawang, Buleleng, yang diambil oleh warga sekitar dua pekan lalu. 

Keluarnya asap hitam itu, diperkirakan Wijana, terjadi sejak sekitar tiga bulan lalu.

Bahkan, menurut dia, sekitar setahun lalu ketika PLTU Celukan Bawang baru saja beroperasi, asap hitam yang keluar dari cerobong lebih sering.

Selain berwarna hitam dan putih, asap yang keluar dari cerobong terkadang berwarna kemerah-merahan.

Wijana mengaku sempat menanyakan hal tersebut kepada petugas di PLTU, tetapi masih belum mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Ia meminta BLH Buleleng turun ke lokasi untuk mengecek kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan udara itu.
Lokasi pembuangan limbah yang dekat dengan pemukiman warga juga dianggapnya dapat berdampak bagi kesehatan.

Menurut Wijana, jarak terdekat lokasi pembuangan limbah batubara dengan rumah warga hanya sekitar 50 meter.

Sedikitnya ada 28 kepala keluarga (KK) yang rumahnya berdekatan dengan lokasi pembuangan limbah.

Ada dua jenis limbah yang dibuang di tempat pembuangan limbah seluas sekitar 15 are itu, yakni limbah padat dan limbah cair.

Ia pun mempertanyakan hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang dikeluarkan BLH Buleleng untuk PLTU Celukan Bawang.

“Kami tanya apakah layak lokasi pembuangan limbah berada dekat pemukiman. Sudah sering kami sampaikan soal itu ke PLTU, tapi mereka tetap saja membuang limbah di sana,” katanya.

Batubara mentah yang diadatangkan dari Kalimantan dengan menggunakan jalur laut juga mendapat sorotan.

Kapal pembawa batubara itu bersandar di pelabuhan milik PLTU, selanjutnya dilakukan bongkar muat.

Saat bongkar muat batubara dari kapal ke daratan, ada ceceran batubara yang  jatuh ke laut.

Akibatnya, air laut menghitam dan nelayan pun kini tidak semudah dulu untuk mencari ikan.

“Sekarang air lautnya sudah hitam, soalnya ceceran batubara jatuh ke air laut saat bongkar muat. Cari ikan sekarang jadi susah, nggak banyak ikan lagi seperti dulu  karena lautnya sudah hitam,” ujar Ketua Kelompok Nelayan Bakti Kasgoro Celukan Bawang, Baidi Suparlan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved