Banjir di Bali

Banjir di Bali Bisa Berefek Jangka Panjang, Kerugian Ekonomi Capai Ratusan Miliar Rupiah

Banjir di Bali pada Rabu 10 September 2025 lalu diperkirakan menimbulkan kerugian ekonomi langsung hingga ratusan miliar rupiah.

Tribun Bali/Putu Supartika
TENGGELAM - Kondisi basement Pasar Badung yang tenggelam oleh air Tukad Badung yang meluap saat banjir bandang yang melanda Bali, Rabu 10 September 2025. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Banjir di Bali pada Rabu 10 September 2025 lalu diperkirakan menimbulkan kerugian ekonomi langsung hingga ratusan miliar rupiah.

Data BNPB di masa lalu menunjukkan banjir besar di Bali pernah menyebabkan kerugian lebih dari Rp150 miliar pada sektor infrastruktur. 

Hal tersebut diungkapkan oleh, Pengamat Ekonomi dari Bali yakni Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.M. 

Baca juga: Presiden Prabowo Akan Ke Bali Tinjau Pasar Badung Hingga Cek Pengungsian Korban Banjir

Menurutnya, sektor paling terdampak adalah perdagangan pasar dan toko terendam, transportasi akses jalan terputus, kendaraan rusak dan perumahan.

Selain itu, kerusakan fasilitas publik seperti jembatan dan saluran air tentu akan memperburuk dampak ekonomi

“Estimasi terkini dari observasi singkat yang saya lakukan menunjukkan sektor UMKM, yang menopang 97 persen ekonomi Bali, menjadi paling rentan terhadap kerugian langsung,” ungkapnya pada, Sabtu 13 September 2025. 

Baca juga: 3 KORBAN Hanyut Banjir di Permata Residence Mengwitani Badung Belum Ditemukan Pada Hari Kedua 

Industri pariwisata Bali sangat sensitif terhadap bencana.

Banjir menyebabkan pembatalan reservasi hotel, gangguan perjalanan wisata, serta penurunan jumlah kunjungan wisatawan.

Berdasarkan data BPS, rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara di Bali mencapai USD 1.500 per kunjungan yang artinya, gangguan pariwisata sehari saja dapat menghilangkan miliaran rupiah potensi pendapatan. 

Baca juga: BERSIH-BERSIH Lumpur Akibat Banjir dan Longsor, Gianyar Kerahkan Seluruh Tim dan Sejumlah Alat Berat

“Masyarakat yang menggantungkan hidup pada sektor ini seperti pekerja hotel, pemandu wisata, sopir, dan pedagang kecil langsung terdampak dengan berkurangnya pendapatan harian. Hal itu menambah kerentanan ekonomi rumah tangga,” sambungnya. 

Sementara dalam jangka panjang, banjir berulang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Bali karena biaya pemulihan terus akan membebani APBD.

Infrastruktur rusak juga membuat distribusi barang terganggu, sementara investor bisa menunda proyek karena tingginya risiko bencana.

Baca juga: PASCA Banjir, Pemkab Jembrana Normalisasi Sungai, Gerak Cepat Antisipasi Banjir Susulan

Berdasarkan catatan Bappenas, bencana alam bisa menekan pertumbuhan ekonomi daerah hingga 1–1,5 persen per tahun. 

Selain itu, degradasi lahan hijau akbat pembangunan yang tidak terkendali memperburuk dukung lingkungan.

Ketahanan ekonomi Bali juga semakin rapuh karena ketergantungan besar pada pariwisata, sehingga bencana alam menimbulkan guncangan berlapis menurunkan daya tarik wisata dan menambah kerugian sosial-ekonomi jangka panjang.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved