Bule Pengemis di Bali
Mengejutkan, Bule Pengemis Profesional Minta-minta di Bali, Begini Aksinya!
Ia berdalih tidak mendapatkan bantuan dari Konsulat Jenderal Jerman untuk pulang ke negaranya.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Seorang warga negara asing yang mengaku bernama Benjamin Holst asal Klemburg, Jerman, sudah dua minggu mengemis di Bali.
Dengan kaki kanan yang membengkak, Benjamin duduk bersila di pinggir jalan sambil memegang wadah bekas minuman untuk tempat uang.
(Astaga, Bule Pengemis di Bali Ini Keliling Dunia untuk Bersenang-senang Cari Gadis)
Diduga pria bertubuh tambun ini merupakan pengemis profesional di kawasan Asia Tenggara sejak tahun 2009.
Tak terhitung banyaknya uang yang dihasilkannya dari mengemis sampai-sampai ia selalu makan enak di restoran mewah, berpesta, berfoya-foya, dan menyewa wanita panggilan.
Pada Minggu, 4 September 2016, Benjamin mengemis di Tabanan.

Seorang pengendara memberikan uang kepada bule Jerman, Benjamin Holst, yang sedang mengemis di perempatan Jalan Raya Kuta, Badung, Jumat (9/9/2016). (TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA)
Memakai kaca mata hitam, ia duduk bersila di traffic light Bypass Soekarno Hatta, Delod Peken, Tabanan.
Dia menatap lalu lalang kendaraan. Tangan kanannya memegang gelas plastik.
Ia pun terlihat menyedihkan dengan penyakit kaki gajah yang dideritanya.
Alhasil banyak warga yang lewat bersimpati padanya.
Tak puas mengemis di Tabanan, Benjamin berpindah tempat mengemis perempatan Jalan Raya Kuta, Legian, Badung, Jumat (9/9/2016).

Tampak Benjamin sedang memungut uang di jalan, Kuta, Jumat (9/9/2016). (TRIBUN BALI/I MADE ARDHIANGGA)
Menariknya, ia memiliki sepeda motor agar dengan mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Kemarin, sekitar pukul 14.50 Wita, dengan menggunakan sepeda motor, Benjamin pindah tempat mengemis dari Jalan Raya Kuta menuju ke arah Imam Bonjol Denpasar.
Pantauan Tribun Bali kemarin, sekitar pukul 14.40 Wita, Benjamin yang diperkirakan sudah dua jam lebih duduk mengemis di perempatan Jalan Raya Kuta, Badung, memperlihatkan kaki kanannya yang bengkak.
Benjamin menderita penyakit 'kaki gajah'. Ia tak mempedulikan terik yang menyengat.
Merasa iba, banyak warga turun dari kendaraan memberinya uang dari Rp 2000 hingga Rp 50 ribu.
Bahkan ada yang memberi hingga Rp 100 ribu.
Seorang wisatawan asal Surabaya, Eduardus Iksan Jackson, yang sedang berlibur di Bali, mengaku iba melihat Benjamin karena kakinya bengkak.
Eduardus Jackson yang bekerja di Los Angeles, Amerika, ini berharap pemerintah memperhatikan hal tersebut.
"Tadi aku lihat tadi, tak tengok kok ada warga asing (mengemis), terus ke sini. Ya saya harap pemerintah ada perhatianlah," kata Eduardus Jackson, kemarin.
"Kok ada ya bule ke Bali ngemis? Kakinya sakit kasihan juga, tapi kok sampai ke Bali? Kok nggak dibantu oleh pemerintah atau pemerintah negaranya mungkin?" ucap Novanto wisatawan adalah Bandung.
"Sebenarnya yang punya tugas (kewenangan) siapa sih? Polisi atau Imigrasi? Kan sudah diberitakan, kenapa diam saja? Masak di Bali ada bule ngemis dibiarkan?" kata Puspita asal Bandung.
Seusai mengemis, sekitar pukul 14.50 Wita, bule yang mengenakan kaos putih lusuh, bercelana panjang hitam, ini berkemas-kemas lalu menyeberang dari traffic light persis di depan Bali Bakery, Jalan Raya Kuta, menuju ke perempatan sebelahnya.
Tak jauh dari tempat ini, ia memarkir sepeda motor honda scoopy DK 7661 IY.
Ia pun menuju ke arah Imam Bonjol, Denpasar, Bali.
Kepada awak media, Benjamin mengaku mengemis beberapa saat di Tabanan dan Jalan Raya Kuta, Badung, karena uangnya sebesar Rp 6 juta miliknya hilang.
"Saya Benjamin asal Jerman. Saya ingin ke Jakarta. Uang saya sudah habis, hilang," kata Benjamin di Denpasar, Bali, Jumat (9/9/2016).
Ia berdalih tidak mendapatkan bantuan dari Konsulat Jenderal Jerman untuk pulang ke negaranya.
Benjamin mengaku bahwa perwakilan negaranya di Indonesia hanya mempermudah pengurusan paspor, tetapi tidak memberikan uang apa pun untuk kebutuhan kepulangannya.
Benjamin berharap bantuan masyarakat di Bali yang bisa memberinya sedikit rupiah untuk dikumpulkan agar bisa pulang ke Jerman.
"Mereka (Konsulat Jenderal Jerman) tidak mau membantu, mereka tidak memberi saya 1.000 euro untuk pulang," ujar dia.
"Saya kena kaki gajah selama delapan tahun, kondisi saya seperti ini pun mereka tidak membantu," tambahnya.
Dia mengakui, penyakit kaki gajah tersebut didapatnya saat berkunjung ke New Delhi, India.
Benjamin sempat berobat di sana namun penyakitnya urung sembuh.
“Butuh biaya banyak untuk mengobati penyakit ini. Saya sudah berobat di India namun tak berhasil," paparnya.
Semenjak itu, Benjamin tidak mampu lagi bekerja dan dia menjadi gelandangan di beberapa negara sejak 2009 hingga sekarang.
"Bagaimana saya mau bekerja dengan kondisi seperti ini," tambahnya.
Tidak ada satu perusahaan yang mau menerima kekurangannya.
Oleh karena itu, dia menjadi pengemis untuk mengumpulkan uang agar dapat pulang ke negaranya.
"Saya mau pulang tanggal 29 ke Jerman. Saya berharap saya bisa pulang dan menemui keluarga saya," terangnya.
Benjamin mengaku masih menjadi warga negara Jerman meski lebih dari 10 tahun mengelilingi Asia sebagai traveler.
Dia juga membawa paspor, namun tidak diketahui kartu identitas kenegaraan tersebut masih berlaku atau tidak.
"Saya punya paspor, saya warga negara Jerman, keluarga saya di sana," pungkasnya. (*)
