Bangke Matah Dikubur di Klungkung Bali
Dewa Aji Tapakan Bermandi Keringat Bangun dari Kuburnya
Petapakan Ida Betara Ratu Mas Klungkung mulai mesolah sekitar pukul 02.30 Wita, ketika itu semakin banyak warga Banjar Adat Getakan yang mengalami
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Waktu menunjukkan pukul 04.00 Wita, Jumat (14/10/2016).
Ribuan orang masih memadati Setra Banjar Adat Getakan, Banjarangkan, Klungkung.
Baca: VIDEO: Aura Magis, Tubuh Dewa Aji Tapakan Diikat Kain Kafan dan Tikar Usai Dimandikan
Baca: Awalnya Dikenal Sangat Penakut, Ini Kata Dewa Aji Tapakan Usai Bangkit dari Kubur
Tidak berselang lama, tepuk tangan bergemuruh.
Puluhan ribu pasang mata, menyaksikan langsung layon Dewa Aji Tapakan bangkit dari liang kuburnya.
Pertunjukan Calonarang dengan layon mependem atau bangke matah dikubur di Desa Getakan menyulut penasaran masyarakat Bali.
Ritual sakral dan sarat akan resiko tersebut dihadiri oleh ribuan warga dari seluruh penjuru daerah di Bali.
Bahkan saking sesaknya, hanya untuk berjalan pun terasa sulit karena harus berimpitan.
Banyak pula warga yang terpaksa pulang karena tak bisa menembus kerumunan orang menuju lokasi pertunjukan di catus pata maupun setra.
Suasana keramaian tiba-tiba hening sejenak sekitar pukul 23.00 Wita, Kamis (13/10/2016).
Beberapa lampu penerangan dimatikan. Dari kejauhan terdengar suara hentakan baleganjur, disertai sorak sorai penabuhnya.
Tidak lama berselang, tibalah delapan pemuda bertelanjang dada di Catus Pata Banjar Adat Getakan.
Mereka mengarak layon atau watangan Dewa Aji Tapakan, suasana semakin terasa sakral ketika beberapa wanita tiba-tiba kesurupan.
Baleganjur yang sebelumnya sangat riuh, berganti alunan gamelan kelentangan yang terdengar sangat sendu.
