Jembatan Cinta Nusa Lembongan Putus
Dua Anak Yang Tewas Dalam Tragedi Jembatan Kuning Belum Sempat Dibelikan Mainan
Saat acara piodalan di pura selesai, Krisna Dewi dan Savitri terlihat sangat senang, karena mereka akan dibelikan mainan baru.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA – Putri Krisna Dewi (9) dan Kadek Mustika Savitri (6) belum sempat dibelikan mainan di Pasar Senggol sepulang piodalan di Pura Bakung, Minggu (16/10/216).
Padahal saat acara piodalan di pura selesai, Krisna Dewi dan Savitri terlihat sangat senang, karena mereka akan dibelikan mainan baru.
“Tidak seperti biasanya, kedua putri saya sebelum kejadian sudah berpakaian adat yang rapi. Mereka sangat bersemangat dan bilang mau beli mainan di pasar senggol di dekat Pura Bakung,” Ujar I Gede Sulianta, ayah kedua anak malang itu dengan suara terbata-bata saat ditemui kemarin di rumahnya di Banjar Ancak, Dusun Pegadungan, Desa Lembongan.
Krisna Dewi dan Savitri adalah dua dari 8 korban tewas dalam ambruknya jembatan berusia 22 tahun itu, yang juga dijuluki sebagai Jembatan Cinta.
Sedangkan korban luka-luka berjumlah 30 orang.
Suasana duka masih sangat terasa di rumah Sulianta, Senin (17/10/2016) kemarin.
Dia dan istrinya Ni Ketut Wirati tidak henti-henti menangis.
Keduanya berusaha ditenangkan oleh kerabatnya, yang sebetulnya juga tak kuasa menahan tangis.
Sembari menangis, Sulianta berusaha menceritakan kejadian pilu itu.
Saat itu, dia bersama istrinya Ni Ketut Wirati dan tiga anaknya --Putri Krisna Dewi, Kadek Mustika Savitri dan Komang Giri Mahesa Pramesta (1,6 tahun)-- baru saja pulang dari Pura Bakung di Nusa Ceningan.
Saat acara piodalan di pura selesai, Krisna Dewi dan Savitri terlihat sangat senang, karena mereka akan dibelikan mainan baru.
Dalam perjalanan pulang, keluarga itu terjebak kemacetan di atas Jembatan Kuning, yang kondisinya sudah keropos di sana-sini akibat dimakan usia.
Jembatan sepanjang 150 meter dan lebar 1,5 meter itu merupakan satu-satunya jalan tercepat dari Nusa Ceningan ke Nusa Lembongan.
“Saat itu kondisinya sangat padat. Yang berjalan kaki berjubel di satu sisi, di sisi seberangnya juga berjubel pengendara sepeda motor yang akan melintas. Kami sampai tidak bisa jalan. Tiba-tiba jembatan putus. Saya dan keluarga langsung terpisah, karena kami tercebur ke laut,” ungkap Sulianta
Di tengah situasi yang mencekam dan gelap malam, Sulianta berhasil menyelamatkan diri setelah terjatuh di air yang dangkal.