Jembatan Cinta Nusa Lembongan Putus

Wayan Suryadita Menyesal Tak Melarang, Istri dan Anak Meninggal dalam Tragedi Jembatan Kuning

Warga Banjar Kaja, Desa Jungutbatu, Nusa Lembongan ini tak berhenti menangis, karena kehilangan istrinya Ni Ketut Werni dan anak bungsunya Putu Surya

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Seorang pemangku berdoa di sekitar lokasi runtuhnya Jembatan Cinta, Senin (17/10/2016) 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Kesedihan yang mendalam juga dirasakan oleh keluarga I Wayan Suryadita.

Warga Banjar Kaja, Desa Jungutbatu, Nusa Lembongan ini tak berhenti menangis, karena kehilangan istrinya Ni Ketut Werni dan anak bungsunya Putu Surya Wiratama (3). 

“Padahal saya sudah sempat mengingatkan istri saya agar tidak ke Jembatan Kuning karena kondisnya rusak seperti di berita yang saya baca. Tapi saya tidak bisa keras melarangnya, karena tujuan dia dan anaknya melewati jembatan itu untuk sembahyang. Saya menyesal karena tetap membiarkan mereka pergi,” ucap Suryadita dengan sesenggukan saat ditemui di rumahnya, Senin (17/10/2016).

Baca: Kisah Pilu Korban Jembatan Cinta, Komang Sudiarta Selamat Setelah Merobek Baju

Baca: Gagak Hitam Bawa Firasat Pilu, Gede Sulianta Kehilangan Dua Putrinya Sekaligus

Tangis pun makin keras saat karena kedua putri Suryadita, yaitu Ni Made Surya Cahyani dan Putu Indah Surya Pratiwi, juga ikut menangis.

Si bungsu Putu Surya Wiratama merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga Suryadita.

“Maaf, saya tidak dapat berkata apa-apa lagi. Saya sangat berduka,” kata Suryadita sambil langsung bersujud di depan kedua putrinya dan meminta maaf karena merasa bersalah atas kepergian anggota sang ibu dan adiknya.

Suasana berkabung juga terasa di SMA Wisata Dharma, Nusa Lembongan. Siswa-siswi SMA Wisata Dharma kemarin tidak melakukan aktivitas belajar mengajar sebagaimana mestinya.

Mereka kehilangan I Putu Ardiana, salah satu guru, dalam tragedi ambruknya Jembatan Kuning yang terletak tepat di timur SMA Wisata Dharma.

“Almahum adalah sosok yang humoris. Ia selalu menghadirkan keceriaan setiap mengajar di kelas. Beliau sangat dekat dengan siswa,” kenang Gede Angga Kusuma Putra, seorang siswa kelas XI di SMA Wisata Dharma ketika ditemui di sekolahnya.

I Putu Ardiana adalah warga Banjar Kangin, Desa Lembongan. Sehari-hari Ia menjadi guru mata pelajaran Sosiologi dan Seni Budaya di SMA Wisata Dharma.

Saat kejadian, Putu Ardiana baru saja selesai melakukan persembahyangan di Pura Bakung bersama istri dan putrinya.

“Sebelummnya, saat sembahyang di sanggah saya, beliau sempat mepamit kepada hyang guru di sanggah, mungkin itu tanda-tanda beliau akan pergi selama-lamanya,” ungkap Gede Angga yang masih kerabat Ardiana.

Kepergiaan I Putu Ardiana meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarganya.

Almarhum meninggalkan seorang istri dan dua orang anak, yakni Gede Nanda Kristiawan dan Kadek Febi Septiayanti, yang masih duduk di bangku SMA.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved