Demi Moksa, Mahaguru Aertrya Narayan Kembali Lanjutkan Tapa Semadinya di Goa Panca Pendawa

Pasca dievakuasi oleh warga bersama petugas kehutanan Provinsi Bali dari hutan lindung di lereng perbukitan Antab Sai, petapa ini kembali bertapa

Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Seorang pengikut Maha Guru Aertrya, Komang Awik (kanan) mengungkapkan sang guru telah meninggalkan Desa Tambakan, dan kembali melanjutkan pertapaannya di Goa Panca Pendawa yang terletak di kawasan hutan Dusun Mengandang, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ratu Ayu Astri Desiani

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Pasca dievakuasi oleh warga bersama petugas kehutanan Provinsi Bali dari hutan lindung di lereng perbukitan Antab Sai Desa Tambakan, Buleleng, Bali, Jumat (18/8/2017) lalu, petapa Mahaguru Aertrya Narayana akhirnya kembali melanjutkan tapa-semadinya.

Namun, kali ini dia bertapa di Goa Panca Pendawa, yang berada di kawasan hutan Dusun Mengandang, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

Baca: 10 Fakta Mengejutkan Evakuasi Petapa Mahaguru Aertrya di Hutan Kawasan Buleleng

Mahaguru bertekad terus bertapa, karena ingin mencapai moksa (keterlepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi).

“Mahaguru Aertrya Narayana sejak kemarin (Sabtu) sudah pindah, dan melanjutkan tapa-semadi di Goa Panca Pandawa di tengah hutan Dusun Mengandang,” kata Komang Awit (40), salah seorang pengikut Mahaguru Aertrya Narayana pada Minggu (20/8/2017) sore.

Komang Awit mengungkapkan bahwa izin untuk menjalani ritual pertapaan saat ini sedang dalam proses pengurusan oleh pihak keluarga mahaguru dan yayasan ke instansi terkait.

Pengikut Mahaguru Aertrya, kata Awit, terbilang cukup banyak, dan tersebar di hampir seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Buleleng.

Mahaguru Aertrya juga sudah melanglang ke sejumlah wilayah yang ada di Buleleng, seperti Batu Belah dan Batu Bolong.

"Tujuan akhir beliau adalah untuk mencapai moksa. Mahaguru sudah memiliki gelar, dan putus dari kepentingan duniawi. Kalau beliau meninggal di dalam hutan, baik itu akibat ancaman binatang buas atau karena sebab lain, itu sudah dianggap moksa," jelas Awit kemarin.

Dipilihnya lokasi Goa Panca Pendawa, karena sebelumnya kehadiran Mahaguru Aertrya Narayana di lereng perbukitan Desa Tambakan juga dapat komplain dari masyarakat setempat.

Sumber mata air bersih desa setempat yang berusia ratusan tahun dianggap terganggu.

“Kan memang bertapa dimana pun mahaguru pasti tinggal di dekat sumber mata air,” terang Awit.

Awit dan sejumlah pengikut Mahaguru Aertrya secara ikhlas mempersiapkan segala bentuk kebutuhan yang diperlukan selama sang mahaguru menjalani pertapaan.

Para pengikut membawakan barang-barang yang dulu dipakai mahaguru di Bukit Antab Sai menuju ke Goa Panca Pandawa.

Barang-barang itu seperti terpal, ember, selimut, dan makanan serta dupa.

Sementara itu, penglingsir (tokoh) Puri Kesiman Denpasar, AA Ngurah Gede Kusuma Wardana mengatakan bahwa Mahaguru Aertrya Narayana bukan berasal dari Puri Kesiman.

Mahaguru tersebut kemungkinan dari Pura Campuhan, Padang Galak, Kesiman, Denpasar.

“Ten wenten (bukan) dari Puri Kesiman itu. Sepertinya dari campuhan itu, namanya Alit. Sepertinya dari campuhan di Padang Galak, bukan Puri Kesiman,” ujar Kusuma Wardana, Minggu (20/8/2017).

Ketua Umum Puskor Hindunesia, Ida Bagus Susena mengatakan Mahaguru Aertrya Narayana banyak dikenal dan beliau memang dari Kesiman.

“Nama welakanya Alit Adnyana. Dari Kesiman, namun bukan Puri Kesiman,” jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved