Gunung Agung Terkini
SIAGA, 3 Pertanda Jika Gunung Agung akan Meletus Muncul, Warga Ramai-ramai Mengungsi
Setelah status Awas, yang ada hanyalah menunggu terjadinya letusan yang diperhitungkan sudah dekat atau saat terjadinya erupsi itu sendiri.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hanya selang tiga hari setelah ditetapkan berstatus Waspada (Level II), kondisi Gunung Agung dinyatakan tidak membaik, bahkan makin meningkat sehingga dinyatakan berstatus Siaga (Level III) pada Senin (18/9/2017) pukul 21.00 Wita.
Baca: Warga Merasa Aman di Pengungsian, Pagi Kembali ke Rumah, Malam Pilih Mengungsi
Baca: Bertepatan Tilem, Umat Hindu Gelar Upacara Peneduh Jagat, Lewat Medsos Ajak Haturkan Pejati
Baca: Perhatikan Pergerakan Pesawat Hingga Malam Ini, Tak Ada Pesawat di Sekitar Gunung Agung
Status Siaga (Level III) ini hanya terpaut satu level dengan status tertinggi, yakni Awas (Level IV), yang mewajibkan dilakukannya evakuasi warga yang tinggal di area berbahaya.
Baca: Mengenali Tanda Dan Status Level Gunung Sebelum Meletus, Gunung Agung Berkarakter Seperti Ini
Baca: 7 Pertanda Sekala Niskala Jika Gunung Agung akan Meletus, Nomor 7 Muncul Suara Misterius Ini
Baca: WASPADA Potensi Letusan Gunung Agung, Warga Diimbau Tetap Tenang
Baca: Ratusan Pengungsi yang Berjejal Semalam Sudah Balik ke Rumah Masing-masing
Setelah status Awas, yang ada hanyalah menunggu terjadinya letusan yang diperhitungkan sudah dekat atau saat terjadinya erupsi itu sendiri.
Pengumuman tentang meningkatnya status ancaman gunung berapi aktif tertinggi di Pulau Bali itu tercantum di situs resmi Badan Geologi Kementerian ESDM, dan ditulis oleh Oktory Prambada ST, MSc tadi malam pukul 21.15 WIB.
Baca: Sutopo Tegaskan Belum Ada Hujan Abu Dari Aktivitas Vulkanik Gunung Agung, Diduga Ini Yang Terjadi
Baca: Khawatir Akan Kondisi Gunung Agung, Beberapa Siswa Sekolah Dasar Di Besakih Meliburkan Diri
Sebelumnya, pada 14 September lalu PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Badan Geologi, menyatakan bahwa status Gunung Agung berubah dari Normal (Level I) ke Waspada (Level II).
“Berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya, maka terhitung mulai tanggal 18 September 2017 pukul 21.00 WITA, status G. Agung dinaikkan dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga),” demikian pengumuman yang tercantum di situs Badan Geologi seperti tadi malam.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Dewa Made Indra membenarkan bahwa terjadi kenaikan status Gunung Agung dari level II (Waspada) menjadi level III (Siaga).

“Jadi status memang sudah dinaikkan pukul 21.00 Wita, naik ke level III, berarti Siaga. Antisipasinya sudah kita persiapkan jika status Siaga,” jelas Dewa Indra kepada Tribun Bali melalui telepon di Denpasar, Senin (18/9/2017) malam.
Saat jumpa pers pada Senin (18/9/2017) siang, Dewa Indra menjelaskan bahwa ketika level Siaga, logistik telah tersedia dan pemerintah menyiagakan personelnya.
“Artinya masyarakat harus siaga untuk menghadapi pengungsian, dan pemerintah daerah siap-siagakan personel, peralatan dan logistik dan lainnya dalam hal mengungsikan warga,” tegasnya.
Setelah itu barulah ada level IV (Awas), di mana level ini bisa saja sudah terjadi erupsi/letusan atau bisa akan terjadi erupsi dalam waktu dekat.
Saat di level Awas ini sudah tidak boleh ada lagi penduduk di daerah rawan, semua di tempat pengungsian.
Atas peningkatan status bahaya tersebut, Badan Geologi memberikan rekomendasi agar masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan tidak beraktivitas, tidak melakukan pendakian dan tidak berkemah di dalam area kawah Gunung Agung.
Demikian juga di seluruh area di dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung, atau pada elevasi di atas 950 meter dari permukaan laut (mdpl).
Selain itu, larangan melakukan aktivitas yang sama tersebut juga diperluas secara sektoral ke arah Utara, Tenggara dan Selatan-Barat Daya sejauh 7,5 Km.
"Zona-zona tersebut harus kosong dari aktivitas masyarakat," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, melalui WhatsApp di Denpasar, Senin (18/9/2017) malam.
Sementara itu, informasi yang dihimpun Tribun Bali tadi malam, sejumlah warga yang bermukim di lereng Gunung Agung telah mengungsi ke Banjar Nongan, Desa Rendang, Karangasem.
Para pengungsi ini datang sekitar pukul 22.00 Wita.
Mereka datang beramai-ramai, menggunakan truk dam ada pula yang menggunakan sepeda motor.
Mereka terdiri dari warga Biaung, Sogra, Pereman dan Pempatan.
Tokoh masyatakat Banjar Nongan, Yoga Pranata mengatakan, pihaknya tidak mengetahui secara persis jumlah warga yang mengungsi di banjarnya.
Sebab mereka berasal dari berbagai desa.
Di Banjar Nongan, kata dia, para pengungsi ini ditempatkan di wantilan desa adat atau bale banjar.
"Pengungsi sudah datang sejak pukul 10 malam. Jumlahnya banyak, mereka ada yang bawa truk, rombongan, ada juga bawa sepeda motor. Mereka di sini tinggal di wantilan desa adat. Di sini (Banjar Nongan) pengungsinya hanya beberapa, sebagian besar pengungsi ada di Desa Adat Rendang," ujarnya.
Sebelumnya dijelaskan, ada 7 Pertanda Sekala Niskala Jika Gunung Agung akan Meletus:
1. Pertanda sekala biasanya muncul sebulan hingga tiga bulan sebelum erupsi.
2. Pertanda sekala seperti hewan-hewan yang tinggal di ketinggian Gunung Agung turun gunung.
3. Hewan yang biasanya tinggal di Gunung Agung bahkan ke rumah-rumah penduduk.
4. Hewan-hewan itu lebih peka merasakan suhu yang meningkat di bagian atas gunung, karena adanya peningkatan aktivitas vulkanik.
5. Selain itu, biasanya juga terjadi hujan abu.
6. Jika abu tersebut menempel di badan akan bisa menimbulkan gatal, dan mengalami lecet.
7. Tanda niskala terdengar bunyi gamelan dan bleganjur sebleum erupsi.
Menurut penuturan para pengungsi tersebut, kata Yoga Pranata, beberapa dari 7 tanda-tanda akan meletusnya Gunung Agung sudah muncul.
Diantaranya:
1. Rumah-rumah penduduk telah ditutupi abu vulkanik.
2. Sebelum pukul 22.00 Wita di sejumlah kawasan tersebut sempat terjadi hujan abu.
3. Selain itu, bau belerang juga sangat menyengat.
Untuk menghindari hal yang diinginkan, mereka memilih mengungsi ke kawasan rendang.
"Kata warga yang mengungsi, di kawasan mereka sudah terjadi hujan abu, bau belerang juga sudah menyengat," ucapnya. (*)