Dharma Wacana
Dharma Wacana: Cenderawasih sebagai Manuk Dewata
Selama ini, masyarakat Hindu di Bali kerap bertanya-tanya terkait penggunaan seekor burung Cenderawasih dalam ritual Pitra Yadnya.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
Dalam persepsi masyarakat zaman dulu, sesuatu yag memiliki keindahan serta berada di tempat ketinggian, itu adalah sesuatu yang dekat dengan Dewata.
Karena itulah, Cenderawasih memiliki arti yang tinggi dalam simbol keagamaan Hindu di Bali. Lalu, kenapa tidak menggunakan Jalak Bali?
Tentunya, jika bendanya ada di sekeliling kita dan mudah didapatkan, nilainya akan sangat kecil. Hal ini mengajarkan kita, bahwa setiap yadnya harus dilakukan dengan upaya yang sungguh-sungguh.
Terkait apakah betul burung Cenderawasih ini akan menerbangkan atman ke surga, itu semua tergantung pada konsep simbol.
Artinya, ketika semua orang meyakini hal seperti itu, “Oh, ini adalah burung Dewata,” tentu keyakinan itu akan terwujud.
Sebab pikiran itu melahirkan gelombang, Gamma, Beta, Alpha, Tetha dan Delta. Jika semua orang berkonsentrasi seperti itu, maka gelombang pikiran ini akan membantu hal tersebut terwujud. (*)