Teror Bom di Surabaya

Begini Sosok Keluarga Teroris Dita Supriyanto, Warga: 2 Tahun Silam Dipakai Latihan Silat

Keluarga Dita Supriyanto dikenal tertutup oleh para tetangga. Tinggal di Perumahan Wisma Indah Jalan Wonorejo Asri XI Blok K Nomor 22

Editor: Ady Sucipto
Istimewa/Sumber kepolisian
Foto keluarga terduga pelaku serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya 

Nyaris tak ada gelagat yang menunjukkan keluarga Dita berpaham radikal. Sang istri, yang dalam pengeboman menggunakan cadar, berpenampilan normal saja sehari-hari.

"Pakai kerudung, iya. Tapi tidak pakai cadar," tutur Adi.

Pernah dua tahun lalu rumah Dita dipakai untuk latihan silat orang-orang dari luar. Adi mengetahuinya dari laporan satpam. Ia pun tak pernah mengganggap hal itu sebagai hal yang mencurigakan.

Sebagai warga kampung itu, Dita bekerja tak tetap. Dia pernah bekerja sebagai pembuat jamu. Kemudian, ia menjadi pembuat minyak kemiri.

"Dulu pernah limbahnya dibuang di got. Tetangga-tetangga marah," tambahnya.

Empat anak Dita pun masih bersekolah. Satu masih di jenjang SMA, satu jenjang SMP, dan dua jenjang SD. 

Seperti diketahui, Indonesia kembali berduka. Belum kering darah korban kerusuhan di Mako Brimob, kini ibu pertiwi harus kembali menanggung kesedihan karena ledakan tiga bom sekaligus di tiga gereja di Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5) pagi. 13 orang meninggal, termasuk enam pelaku bom bunuh diri yang merupakan satu keluarga terduga teroris.

Rentetan kasus radikalisme ini membuat polisi bergerak cepat dan militan untuk mencari teroris. Polisi merangkul TNI, dan TNI dinyatakan bakal mengirimkan pasukannya untuk bersama-sama memberantas terorisme.

"Saya sudah minta kepada Bapak Panglima TNI, beliau nanti akan mengirimkan kekuatan untuk melakukan operasi bersama," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian di RS Bhayangkara Surabaya, Minggu (13/5).

Ledakan Bom di gereja Surabaya, Minggu (13/5/2018) pagi.
Ledakan Bom di gereja Surabaya, Minggu (13/5/2018) pagi. (Istimewa)

Tito menyatakan telah memberi tahu Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengadakan operasi terorisme bersama TNI. Operasi ini dilatarbelakangi aksi teror yang kian marak belakangan ini.

"Kami sudah laporan ke Bapak Presiden bahwa TNI, Polri, BIN (Badan Intelijen Negara) ini bergerak, dan kami akan merapatkan barisan, selain yang sudah kita tangkap semenjak dua hari yang lalu," kata Tito.

Sasaran operasi ini adalah sel-sel terorisme dari dua kelompok, yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Dua kelompok ini dinyatakan Kapolri memuat dukungan kepada ISIS.

"Kita akan melakukan penangkapan kepada kelompok-kelompok sel-sel dari JAD, JAT, maupun mereka yang diduga akan melakukan aksi," kata Tito.

Tantangan untuk mengungkap terorisme sampai ke akar-akarnya berasal dari para teroris atau calon teroris itu sendiri. Mereka sudah dilatih untuk bungkam dan punya kelihaian mengelabui aparat.

"Persoalannya memang mereka juga orang terlatih, mereka mengerti cara menghindari operasi intelijen, bagaimana menghindari komunikasi, bagaimana menghindari surveillance (aktivitas mata-mata), bagimana meng-counter interogasi, mereka memiliki manual, mereka berlatih menghindari deteksi kita," kata dia.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved