Teror Bom di Surabaya
Begini Sosok Keluarga Teroris Dita Supriyanto, Warga: 2 Tahun Silam Dipakai Latihan Silat
Keluarga Dita Supriyanto dikenal tertutup oleh para tetangga. Tinggal di Perumahan Wisma Indah Jalan Wonorejo Asri XI Blok K Nomor 22
"Pertanyaan ini kelompok mana? Tidak lepas dari kelompok JAD, JAT yang merupakan pendukung utama ISIS di Indonesia," kata Tito.
Dita ini merupakan Ketua Jamaah Ansarud Daulah (JAD) di Surabaya. Selain JAD, juga di Indonesia ada kelompok Jamaah Ansarud Tauhid (JAT). Kelompok ini merupakan afilisiasi ISIS.
"Di Indonesia JAD dipimpin Aman Abdurahman yang ditahan di Mako Brimob, Kemudian kelompok pelaku satu keluarga terkait sel JAD yang ada di Surabaya. Dita inilah ketuanya (di Surabaya)," tambahnya.
Kapolri kemudian mengungkap rentetan aksi teror yang dilakukan keluarga bomber di Surabaya ini. Terungkap keluarga ini sudah membagi tugas untuk melakukan penyerangan ke tiga gereja berbeda.
Diawali dua anak laki-laki Yusuf Fadhil dan FH berangkat menggunakan motor ke Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya. Bom dibawa dengan cara dipangku.
Kedua pelaku saudara sekandung itu memaksa masuk halaman gereja dan berusaha diadang kepala keamanan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Aloysius Bayu. Pelaku kemudian meledakkan bom. Aloysius Bayu pun meninggal di lokasi.
Ada enam korban meninggal di lokasi ini. Selain Bayu, dua pelaku Yusuf Fadil (18) dan FH juga tewas di tempat.
Sementara itu sang ayah, Dita Oepriarto, mengendarai mobil Toyota Avanza berisi bom ke lokasi berbeda. Mobil ini ditumpangi istrinya Puji Kuswati dan dua anak perempuannya FS dan FR.
Dita kemudian menurunkan (mendrop) istrinya dan dua anak perempuannya di gereja di GKI Wonokromo di Jalan Diponegoro, dan Dita kemudian membawa mobil diduga berisi bom menuju Gereja Pantekosta.
Puji Kuswati bersama dua anaknya berjalan kaki masuk ke gereja GKI. Bom ditaruh di pinggang mereka.
Satpam gereja, Yaseyas yang menaruh curiga sempat menghalangi Puji Kuswati masuk gereja. Karena diadang petugas keamanan, mereka meledakkan bom di halaman gereja.
Ketiga pelaku, ibu bersama dua anak-anaknya yang masih belia itu, tewas di tempat. Adapun Yaseyas jatuh terkapar penuh luka.
Beberapa menit berselang, giliran sang ayah, Dita, beraksi di Gereja Pantekosta Jl Arjuna. Dita yang membawa bom dalam mobil, menabrakkan mobilnya ke gereja. Ledakan tersebut menewaskan Dita.
Ada seorang jamaat yang dikabarkan meninggal dunia. Selain itu juga ada korban yang meninggal di RSUD Dr Soetomo dan RS Bedah Jl Manyar Surabaya.
Tim Densus 88 Antiteror kemudian menggeledah rumah keluarga pengebom gereja itu di Wonorejo Asri, Surabaya. Densus 88 menyita barang-barang untuk membuat bom.
"Selain styrofoam ditemukan ada belerang, aseton, HCL, Aquades, H2O, black powder dan korek api kayu, itu barang berbahaya di TKP rumah pelaku," ujar Kapolrestabes Surabaya Kombes Rudi Setiawan di kawasan penggeledahan.
Styrofoam ini menurut Rudi digunakan untuk memperbesar pembakaran. Ini yang digunakan pengebom saat beraksi di tiga gereja. "Itu informasi dari Jibom (penjinak bom)," sebut Rudi.
Di dalam rumah, Densus 88 menemukan tiga plastik berisi tiga bom yang dimasukkan dalam pipa. Bom disebut punya daya ledak tinggi.
"Kemudian dilakukan destructor dicerai-beraikan. Selanjutnya penyisiran tim Labfor, Inafis dan penyidik dari Densus 88 untuk olah TKP," sambung Rudi.
Selain itu ditemukan anak panah, busur panah dan lesan panah (target panah). Tim juga menemukan sejumlah dokumen yang sedang diteliti.
Motif Balas Dendam
Ledakan bom di tiga gereja ini disebut serangan bom bunuh diri. "Semua adalah serangan bom bunuh diri," kata Tito.
Menurut Tito, pelaku yang merupakan satu keluarga ini melakukan tindakan serangan bom bunuh diri lantaran balas dendam.
"Memang motif internasional, ISIS sedang ditekan di Barat, mulai AS dan Rusia, sehingga terpojok," terang Tito.
Di Indonesia sendiri, pendukung utama ISIS itu JAD dan JAT. Ketua JAD Indonesia, Abdul Abulrahmandan JAT dipimpin Jainal Ansari. Keduanya sudah ditangkap dan sedang menjalani proses hukum.
"Di Indonesia ada dua macam kelompok pendukung ISIS, ini ancaman untuk kita," tutur Tito.
Orang nomor satu di Polri ini menuturkan, lantaran para pemimpinnya ditangkap, kelompok ini memberi reaksi serangan. "Salah satunya ya membuat kerusuhan rutan Mako Brimob," lanjutnya.
Menurut Tito, sel-sel ISIS di Indonesia ambil momentum balas dendam.
Pendukung ISIS di Indonesia, kata Tito, jumlahnya ada 1.100. Sebanyak 500 masih di Suriah, meninggal 1.003 meninggal di Suriah, dan 500 orang kembali ke Indonesia. (*)