Liputan Khusus
Program Bayi Tabung Makin Diminati di Bali, Bisa Pesan Jenis Kelamin & Harus Siap Terima Bayi Kembar
Bali adalah daerah dengan jumlah klinik bayi tabung (In Fitro Vertilization/IFV) terbanyak ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya
Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Ady Sucipto
“Kasihan nanti tubuhnya hancur, dilakukan pemeriksaan yang seharusnya tidak perlu, dan belum waktunya, agar keluar biaya. Mendingan setelah satu tahun tidak hamil, barulah diperiksakan ke dokter agar tidak diperlakukan aneh-aneh,” ungkap Ilyas saat ditemui di RSU Prima Medika pekan lalu.

Mengapa satu tahun?
Menurut Ilyas, karena dalam satu tahun, ada 12 kali masa subur wanita. Dalam masa-masa setahun pasca menikah apabila dalam setahun berhubungan belum juga hamil, kata dia, barulah layak mengikuti program bayi tabung.
“Karena sekarang orang kan berpikirnya nikah harus cepat punya anak. Jadi kalau gak hamil, panik. Penyebabnya kan bisa saja dari istri atau suami,” kata Ilyas.
Bahkan, lanjut Ilyas, ada pasien yang belum menikah malah sudah memeriksakan rahim calon istrinya, karena tidak mau hamil pasca berhubungan intim. Biasanya pasien yang begini langsung dia tolak atau tidak mau menanganinya.
“Kalau saya di sini gak mau menangani yang begitu. Kalau sudah setahun mereka menikah, baru saya ambil tindakan. Makanya saya menyarankan agar pasangan hati-hati sebelum mengambil keputusan ikuti program bayi tabung, kasihan tubuhnya nanti,” harap dokter senior jebolan RSUP Sanglah ini.
Ilyas menyebut saat ini pandangan di masyarakat sudah tidak lagi seperti dulu dalam soal bayi tabung.
Dulu, kata dia, masyarakat masih malu-malu untuk mengikuti program bayi tabung, tapi sekarang sudah tidak demikian.
Efek Samping Kecil
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Bali, dr Putu Doster Mahayasa SpOG menjelaskan, ada beberapa efek samping atau resiko yang akan dialami pasangan yang mengikuti program bayi tabung.
Namun, selama ini resiko yang dialami oleh pasien yang ditangani masih tergolong resiko ringan, seperti kembung pada bagian perut dan pusing-pusing.
"Salah satu efek samping ikut program bayi tabung adalah hiperstimulasi. Jadi pemakaian obat-obat berlebihan itu bisa menyebabkan hiperstimulasi. Tapi itu sudah dikontrol dengan ketat. Selama ini ada sih kebanyakan yang ringan sampai sedang. Kalau yang berat itu bisa mengancam jiwa. Selama ini paling kembung-kembung dan pusing," ujar Mahayasa.
Selain itu, salah satu resiko apabila mengikuti program bayi tabung, pasangan harus siap menerima jika nanti bayinya kembar.
Hal ini memang lumrah terjadi dalam program bayi tabung. Sebab, saat dimasukkan ke dalam rahim, embrio bisa membelah menjadi dua.
Di Bali, khususnya di RS Prima Medika Denpasar, sempat beberapa kali ada kasus bayi kembar dua dan tiga.