Jro Jangol Meninggal
Ratna Dewi Hadiri Pengabenan Jro Jangol Hari Ini, Kalapas: Tetap Dikawal Polisi
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kerobokan sudah memberikan izin luar biasa kepada istri pertama Jro Gede Komang Swastika alias Jro Jangol
Penulis: Putu Candra | Editor: Ady Sucipto
Mantan Wakil Ketua DPRD Bali, Jro Gede Komang Swastika alias Jro Jangol, berpesan agar keluarga terus merawat gedong suci (kamar suci) beserta benda pusaka di rumahnya.
Pesan itu disampaikan Jro Jangol saat ritual nunas baos sebelum diaben pada hari ini, Jumat (4/1).
Nunas baos merupakan ritual menurunkan roh orang yang sudah meninggal lewat orang pintar yang disebut dengan istilah jro dasaran.
Yang menarik, arwah Jro Jangol baru mau bicara setelah pihak keluarga tiga kali nunas baos dengan jro dasaran berbeda.
Awalnya, keluarga nunas baos di rumah seorang jro dasaran di Biaung, Denpasar Timur, setelah Jro Jangol meninggal, Jumat (28/12).
Namun saat prosesi pertama nunas baos itu, arwah mendiang Jro Jangol tidak mau berbicara terkait permintaan bekal atau pesan yang ingin disampaikan kepada keluarganya.
Kedua nunas baos di kawasan Muding, Badung, juga tidak mau bicara.
“Ten nyak mabaos raganne (Tidak mau bicara almarhum),” ujar Jro Putra, ipar mendiang Jro Jangol, saat ditemui Tribun Bali di rumah duka di Jalan Batanta No 70, Banjar Sebelanga, Denpasar Barat, Kamis (3/1).
Hingga akhirnya nunas baos yang ketiga baru arwah Jro Jangol mau berbicara. Itupun setelah jro dasaran, yang masih kerabat almarhum, datang ke rumah duka.
“Akhirnya ada dasaran taksu yang masih ada hubungan saudara seoalah-olah tertarik oleh kekuatan yang di Atas, dan akhirnya mau ke sini (rumah duka). Beliau mudun (memanggil arwah) pas di depan gedong suci almarhum,” ungkap Jro Putra.
Barulah arwah almarhum mulai bicara dan mengutarakan pesan-pesannya. Lewat perantara jro dasaran, arwah Jro Jangol berpesan kepada saudara-saudara dan keluarganya untuk meneruskan apa yang telah diperjuangkan dan dicita-citakan oleh almarhum.
Jro Jangol yang sudah menjadi jro mangku juga minta keluarga mengurus serta merawat kedelapan anaknya yang ditinggalkan.
Dan juga merawat gedong suci atau kamar suci serta isi benda pusaka yang didapatkannya.
“Memiliki gedong suci kan sulit ya. Kalau kita Hindu merawatnya tanpa keikhlasan kan itu menjadi beban. Apa yang ada di gedong suci, benda sakral yang ada di dalamnya minta dirawat. Entah nanti siapa yang meneruskannya dan mewarisi generasi dari almarhum tetap dirawat terus,” ungkap Jro Putra.
Selain itu, Jro Jangol berpesan kepada keluarga agar ikhlas melepas kepergiannya karena memang sudah takdir seperti ini.