Fantasi Seksualitas dan Binatang dari Dua Perupa Bali Hadir dalam Pameran di Ubud
Dua orang perupa Bali, Nyoman Gede Darmawan dan Nyoman Suarnata melakukan pameran karya di Restu Bumi Art Space, Jalan Raya Sanggingan Ubud, Gianyar.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Dua orang perupa Bali, Nyoman Gede Darmawan dan Nyoman Suarnata melakukan pameran karya di Restu Bumi Art Space, Jalan Raya Sanggingan Ubud, Gianyar.
Pameran ini akan dibuka Minggu (20/1/2019) pukul 18.00 Wita dan berlangsung hingga 2 Februari 2019.
Pameran ini bertajuk Fantasi yang akan dibuka oleh pendiri Arma Museum, Anak Agung Gede Rai.
Sang kurator pameran, I Made Susanta Dwitanaya mengatakan fantasi secara umum kerap diidentikkan sebagai khayalan yang merupakan bagian dari aspek psikis atau kejiwaan manusia.
Dan menurutnya, dalam seni rupa medium yang dipakai dalam mengungkapkan fantasinya yakni karya visual.
"Seorang seniman yang berkarya berdasarkan dari fantasinya terkadang melukiskan sebuah objek atau peristiwa bukan berdasarkan salinan atau memesis dari realitas yang ada. Mereka terkadang meminjam atau menyalin objek-objek tersebut untuk kemudian dirangkai diwujudkan dalam dunia yang mereka buat sendiri di atas kanvas atau medium visual yang lainya. Pada titik ini seniman adalah seorang pencipta yang hadir sebagai creator utama yang menciptakan dunianya," kata Susanta, Minggu (20/1/2019) siang.
Menurutnya, karya yang dihadirkan oleh Nyoman Gede Darmawan dan Nyoman Suarnata hadir dari fantasi mereka masing-masing pada suatu objek ataupun peristiwa.
"Darmawan misalnya menghadirkan karya-karya yang secara tematik didominasi oleh hadirnya adegan-adegan seksual dan erotisme. Ia menghadirkan persoalan seksualitas sebagai bagian dari kebutuhan atau bagian yang terpisahkan dalam kehidupan manusia," kata Susanta.
Seksualitas yang hadir dalam karya Darmawan ada pada penyatuan rasa melampaui perkara penyatuan fisik antara manusia yang berlawanan jenis.
"Itulah kenapa dalam karya-karyanya Darmawan menggambarkan manusia yang sedang berhubungan intim namun dalam balutan pakaian masing masing bukan telanjang yang seutuhnya. Itu adalah ungkapan simbolik bahwa seksualitas bukan hanya perkara penetrasi, namun lebih pada rasa yang timbul dari fokus-fokus penyatuan tersebut," katanya.
Secara visual karya-karya Darmawan berasal dari kosa rupa tradisi yang dicirikan pada teknik dengan berbagai tahapan-tahapannya, seperti teknik nguet, ngabur,nyawi, nyenter dan sebagainya.
Baca: Dari Pameran “Semesta Kita” Menuju Festival Bebas Batas 2019
Baca: Seleksi Penulis Emerging Indonesia Ubud Writers & Readers Festival 2019 Telah Dibuka, Ini Syaratnya
Baca: Best Western Premier Ubud Raih Penghargaan Hotel Terbaik Se-Asia
Di tangan Darmawan dan para generasi perupa muda Bali yang konsisten dengan pilihan dalam mengeksplorasi kosa rupa tradisi, sesungguhnya memperlihatkan bagaimana tradisi bukan sesuatu yang stagnan dan beku tetapi terus bergerak dinamis.
Sementara itu, Nyoman Suarnata menghadirkan fantasinya dalam memandang objek binatang yang diolah sedemikian rupa.
"Yang terkadang muncul pada karya Suarnata adalah kelucuan, dan terkadang juga kesan yang menyeramkan. Bentuk-bentuk binatang yang hadir pada karya karya Suarnata hadir dari fantasinya ketika melihat suatu karakter binatang. Kreativitasnya bergerak dan tergelitik ketika melihat gesture atau karakter bentuk binatang tertentu yang kemudian ia deformasi dan terkadang digabungkan dengan objek yang lain sehingga menjadi tampak imajinatif," katanya.