Larangan Nunas Tirta dengan Kantong Plastik di Besakih, Umat Patut Menyiapkan Ini

Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana menegaskan larangan penggunaan plastik untuk nunas tirta

Penulis: Ida A M Sadnyari | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali
Upacara Ida Betara Turun Kabeh yang yang dilaksanakan di Pura Agung Besakih, Karangasem, Jumat (2/4/2015) 

Termasuk jika pemangku disodori sesajen yang terbungkus plastik, maka pemangku akan mengingatkan pamedek tersebut.

“Diharapkan tidak hanya saat Panca Wali Krama, tapi berlaku juga di semua pura di Bali, maupun di seluruh Indonesia,” harapnya.

Menurutnya, hal ini sudah mulai terlaksana di seputaran Ubud terutama untuk nunas tirta tanpa plastik.

I Gusti Ngurah Sudiana juga mengingatkan umat agar tidak menggunakan pakaian merangsang (tidak sopan) sebab dapat mengganggu kekhusyukan persembahyangan.

Baca: Berikut Rangkaian Upacara Panca Wali Krama di Pura Besakih, Dimulai 22 Januari Ini

Sementara itu, Bendesa Besakih, Jro Mangku Widiartha mengatakan sangat mengapresiasi larangan penggunaan plastik sebagai pembungkus upakara maupun sebagai tempat tirta.

“Sangat mengapresiasi, apalagi Besakih peduli lingkungan dan sampah plastik. Saat rapat tanggal 22 Januari 2019 lalu, Bapak Wakil Gubernur Bali dan Ketua PHDI Bali menyampaikan ten kelugra nunas tirta nganggen (tidak diperbolehkan memohon air suci dengan) kantong plastik," kata Jro Mangku.

Pemangku akan memberikan tirta pada tempat yang dibawa pamedek, bukan lagi menyediakan tirta dalam kantong plastik.

Sehingga diharapkan kesadaran umat agar membawa tempat tirta yang terbuat dari keramik maupun kaca.

Agar tersosialisasi pada masyarakat, pihaknya akan membuat pengumuman di titik-titik keramaian, sehingga menjangkau seluruh umat yang nangkil.

Pamedek terlalu padat, diharapkan dengan pengumuman maupun pemberitaan di media, bisa menumbuhkan kesadaran umat agar tidak membawa pembungkus upakara dengan plastik. Biasanya, jika menggunakan pembungkus plastik, saat banten dihaturkan maka plastiknya akan dibuang. Kalau ada angin bisa beterbangan dan ini sangat mengganggu,” jelasnya.

Baca: Munculnya Fenomena yang Diduga Sisik Naga di Besakih, Ini Kata Bendesa

Jro Mangku Widiartha mengatakan, jika semua pamedek membawa plastik maka sudah dipastikan sampah plastik akan membludak dan tidak bisa dibendung.

Ia berharap, ketika umat benar-benar menerapkan imbauan ini, sampah-sampah sesajen yang dikumpulkan tanpa sampah plastik akan diolah dan diberi nama pupuk jatu bakti bumi pertiwi basuki.

Melalui besek akan dibawa umat kembali ke rumah, ditabur di tanaman yang ada di pekarangan.

Sebagai persiapan menyambut Panca Wali Krama dan menerapkan persembahyangan tanpa plastik, tim pemuda Besakih ketog semprong (tumpah ruah) membersihkan Besakih mulai Minggu (27/1/2019) besok. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved