Koster Cari Waktu Tepat Tutup Taksi Online, Siapkan Sistem Aplikasi Online Lokal
Di hadapan ribuan massa BTB, Koster memberikan solusi terkait tuntutan untuk menutup taksi online di Bali
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
“Taksi online ini menimbulkan ketidakadilan. Kenapa cuma taksi online, bukan online-online yang lain (seperti Traveloka atau Tokopedia), karena mereka bersaing secara sehat. Harganya tidak begitu menjatuhkan, cuman caranya berbeda. Kalau taksi online itu membunuh,” terang Ngurah Pondok menambahkan.
Dikatakannya taksi online tidak beretika dalam berbisnis karena tidak mempunyai standar harga untuk daerah pariwisata, sehingga Bali menjadi dijual murah.
Ngurah Pondok menegaskan, BTB tidak anti teknologi dan aplikasi.
Siapapun boleh berbisnis asalkan mengikuti prosedur dan aturan, serta berbisnis secara sehat.
“Ayo kita bersaing secara sehat, jangan memonopoli. Kami jangan digusur karena kami yang menjaga budaya Bali yang bisa dinikmati wisatawan,” imbaunya.
Ngurah Pondok berharap Gubernur Bali lebih bijaksana menyikapi masalah, dan memperhatikan bagaimana keluhan masyarakat Bali.
“Pernah saya membaca jangan sampai Bali itu nanti ibaratnya menjadi monyet di kebun binatang. Kita hanya mendapat pisang saja, sedangkan tiketnya dinikmati orang lain, monyet cuma bisa bertahan hidup,” ucapnya. (*)