Kontribusi Pertanian pada Ekonomi Terus Menurun, Mahasiswa STIS PKL Analisis Data Pangan di Bali
Cok Ace mengatakan, pesatnya perkembangan pariwisata terus menekan sektor pertumbuhan pertanian Bali
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tingginya perkembangan pariwisata ternyata telah membawa dampak pada perubahan sendi kehidupan masyarakat di Bali.
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) mengatakan, pesatnya perkembangan pariwisata terus menekan sektor pertumbuhan pertanian Bali.
Menurut data, kontribusi pertanian terhadap ekonomi Bali terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2010 kontribusi lapangan usaha pertanian dalam arti luas terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali yaitu 17,17 persen.
Baca: Yuk, Coba Diet Plenetarian! Tren Baru Pola Makan Sehat Peduli Lingkungan
Baca: Rudenim Kerja Sama dengan UNCHR, Lakukan Sosialisasi tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri
Selanjutnya, kontribusi ini terus menurun hingga tahun 2018 menjadi hanya 13,81 persen.
“(Penurunan kontribusi) ini akibat dari lahan pertanian yang semakin berkurang akibat derasnya alih fungsi lahan, antara lain untuk pembangunan sarana prasarana pariwisata,” kata Cok Ace saat membuka Praktek Kerja Lapangan (PKL) Polteknik Statistika STIS di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Senin (18/2/2019).
Cok Ace menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun 2018 berdasarkan data BPS yaitu 6,35 persen.
Tingkat kemiskinan Bali pada September 2018 yaitu 3,91 persen dan merupakan terendah kedua se-Indonesia setelah DKI Jakarta.
Baca: Rekomendasi Body Scrub Lokal untuk Kulit Sehat & Cerah Alami, Ada Lulur Tradisional Bali
Baca: Jalan Kaki Pun Bisa Bikin Tubuh Ideal, Begini Caranya
Sedangkan tingkat pengangguran Bali masih 1,37 persen, dan menjadi yang terendah se-Indonesia.
Menurutnya, bisa saja pekerjaan menjadi error atau salah arah manakala datanya yang salah.
Maka dari itu, pihaknya berterima kasih kepada pihak Politeknik Statistika STIS Jakarta karena telah menyelenggarakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) angkatan 2018/2019 di Bali.
Terkait dengan ketahanan pangan Bali, kata dia, dulu Pemerintah banyak memberi dukungan di hulu, mulai dari bibit, pupuk dan sebagainya.
Setelah diketahui ada over supply produk maka Pemerintah mulai lebih fokus menangani di hilir, misalnya mengembangkan industri pengolahan makanan yang berasal dari bahan baku sayuran, semangka dan sebagainya.
Baca: Jelang Nyepi, Perajin Ogoh-ogoh Banjir Pesanan
Baca: Hilang Selama 18 Tahun, Polisi Temukan Mayat Perempuan Ini dalam Freezer di Rumahnya
Dengan demikian ke depan diharapkan hulu dan hilir menjadi lebih seimbang.
Keseimbangan antara hulu dan hilir itu juga diupayakan dengan terbitnya Pergub Nomor 99 Tahun 2018 tentang pemanfaatan dan pemasaran produk pertanian, perikanan dan industri lokal.
Bahkan, setiap minggu sudah diadakan pertemuan dengan beberapa kelompok tani.
Kenyataannya mereka di lapangan masih menemui kendala-kendala, namun dikatakannya Pemerintah akan terus mendorong agar petani bisa memenuhi permintaan dari sektor pariwisata.
Karena ketika petani-petani melakukan MoU dengan pihak hotel atau restoran, berarti mereka harus sanggup memenuhi kebutuhan itu.
Baca: Datangi Bawaslu Bali, Tim Prabowo-Sandi Konsultasi Untuk Laporkan Koster Terkait Dugaan Kampanye
Baca: Sempat Jadi Topik Bahasan pada Debat Capres, Berikut 4 Unicorn di Indonesia yang Perlu Diketahui
“Dua hari lalu, saya bertemu dengan kelompok tani di Bangli dan mereka mengakui serba kesulitan untuk mengumpulkan teman-temannya (sesama petani), sehingga kebutuhan daripada hotel dan restoran belum bisa terpenuhi,” terangnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Suhariyanto mengatakan ketahanan pangan memang sangat diperlukan.
Ia berharap dengan adanya PKL mahasiswa Politeknik STIS di Bali, bisa memberi masukan untuk pembangunan pertanian Bali ke depan.
“Mahasiswa ini tidak hanya ahli dalam bidang statistik tapi juga ada jurusan teknologi informasi. Mereka telah membuat sebuah pengembangan baru yaitu machine learning. Semua kuisioner sekarang menjadi paperless dan digital, sehingga ke depan menjadi lebih efisien,” papar Suhariyanto.
Adapun alasan pihak kampus memilih Bali, karena pertama Bali merupakan lumbung padi di luar Pulau Jawa.
Baca: Kamu Mudah Lelah atau Napas Tersengal-sengal? Waspada Tanda Tubuhmu Tidak Sehat
Baca: 4 Bahan Pokok Ini Mengalami Kenaikan Harga, Cabai Naik hingga Rp 1.500
Kedua, karena ketertarikan pada bentuk sawah di Bali yaitu dengan terasering dan petak-petak kecil, menjadi sebuah pemandangan yang unik.
“Kami Ingin mengetahui apakah bentuk terasering ini bisa diterapkan di tempat lain yang hamparannya lebih luas,” imbuhnya.
Dan Ketiga, ingin meneliti lebih jauh tentang karakteristik petani Bali.
“Telah disampaikan oleh Pak Wagub, pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali sudah baik. Apakah itu ada pengaruh terhadap sektor pertanian. Bagaimanapun akan ada keterkaitan antar sektor. Itu yang harus kami data,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Politeknik STIS Erni Tri Astuti mengatakan, PKL mengambil lokus di 5 wilayah Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan dan Klungkung, dimana tempat mereka bertugas ada di 262 desa yang tersebar di 25 kecamatan.
Baca: PLN UID Bali Imbau Masyarakat Hemat Listrik Selama Perbaikan Satu Unit Mesin PLTU Celukan Bawang
Baca: Ombudsman Bali Laporkan Dugaan Aksi Kampanye Koster Di Acara Millenial Road Safety Festival
Pada tahun ajaran 2018/2019, PKL mahasiswa Politeknik STIS ditujukan untuk mendapatkan data pangan, berupa luas lahan dan produktivitas, serta perubahan pola tanam di Provinsi Bali dengan memanfaatkan teknologi terkini.
Sambungnya, data ini bisa digunakan sebagai data untuk perencanaan Pemprov Bali khususnya di bidang pertanian.
PKL ini diikuti oleh 516 orang siswa dan dilaksanakan selama dua minggu hingga tanggal 2 Maret 2019 mendatang.
“Dengan adanya PKL ini, diharapkan data ketersediaan pangan di 5 Kabupaten, yaitu Sarbagita dan Klungkung nanti akan menjadi lebih detail dan akurat,” ujarnya. (*)