Liputan Khusus
Jalur Neraka Makin Rusak Parah, Shortcut Canggu Jadi Sorotan Wisatawan Asing
Tak terhitung berapa jumlah kendaraan yang terperosok ke tengah sawah ketika melintas di jalan ini.
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
“Dulu ingat sekali saya sampai setiap hari ada razia di sini. Tapi gak mempan,” kata Agus.
Sopir turis yang tinggal di dekat shortcut ini menceritakan bahwa kondisi shortcut Canggu yang sering macet dan menyebabkan banyak kendaraan nyemplung ke sawah sudah sering dimuat di berita luar negeri, seperti di Thailand, Jepang, dan China.
Ia mengaku sempat diperlihatkan koran yang memuat berita mengenai kondisi shortcut Canggu.
“Tentunya ini kan sangat merugikan pariwisata kita. Kalau sampai dibiarkan citra Bali tidak bagus di mata dunia. Biar gak gara-gara ini saja, semuanya kena imbas, jadi kami berharap agar dicarikan solusi,” harap Agus.
Geleng-geleng Kepala
Kelian Dinas Banjar Tegal Gundul, Desa Tibubeneng, I Wayan Surianta, mengaku geleng-geleng kepala melihat kondisi shortcut Canggu saat ini.
Ia pun tak menampik shortcut tersebut sekarang memang menjadi sorotan buruk di mata wisatawan asing.
Sebab, kendaraan yang jatuh di sana kebanyakan dikemudikan oleh para wisatawan yang melintas.
Mereka yang tak terbiasa mengemudikan kendaraan di jalan kecil berpotensi terperosok ke sawah ketika berpapasan.
“Kondisi shortcut Canggu sangat memprihatinkan sekarang. Sudah sangat krodit luar biasa. Meski sudah dijadikan satu arah, tetap dilabrak,” kata Surianta saat ditemui di kediamannya pekan lalu.
Shortcut Canggu, kata Surianta, dibangun pertama pada tahun 2007 silam, yakni pada masa kepemimpinan Bupati AA Gede Agung. Panjang jalan ini sekitar 1,5 kilometer.
Saat dibangun, pariwisata di Canggu belum begitu menggeliat seperti sekarang. Shortcut Canggu dulunya adalah jalan subak yang lebarnya cuma cukup untuk satu sepeda motor.
Jalan ini dulunya digunakan oleh para petani untuk ke sawah.
“Jalan ini kan menghubungkan dua desa. Nah waktu itu desa meminta bantuan ke kabupaten agar dibuatkan jalan. Akhirnya dibuatlah seperti sekarang ini dengan dana APBD dulu,” jelas Surianta.
Karena terkendala faktor pembebasan lahan, maka shortcut Canggu dulunya cuma bisa dibuat dengan lebar tidak lebih dari tiga meter.