Pariwisata Nusa Penida Menggeliat, Masyarakat Lokal Mulai Kembangkan Penginapan

Keberadaan pariwisata di Nusa Penida kini makin menggeliat. Hal itu bisa dilihat dari melonjaknya pengunjung baik dari dalam dan luar negeri

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Sunrise Penida Hill salah satu penginapan yang dikembangkan oleh masyarakat lokal di Nusa Penida seiring menggeliatnya pariwisata di wilayah tersebut 

“Fasilitas yang dimiliki penginapan kami selain kolam renang, juga tersedia air panas, ketel untuk membuat air panas, Wi-Fi, serta fasilitas lainnya,” jelasnya seraya mengatakan, rate kamar mulai dari Rp 400 ribu – Rp 700 ribu per malam.

Baca: PKB 2019 Dimeriahkan Berbagai Lomba, Ada Kategori Kabupaten/Kota dan Umum

Baca: Begini Sejarah Tempat Selfie Seharga Rp 16 Miliar di Pantai Karangdadi Klungkung, Anda Penasaran?

Ke depan, dirinya juga berencana mengembakan penginapan yang ia miliki.

“Nanti kalau ada modal, dan tamunya ramai, kami akan menambah kamar. Bila perlu ada mice-nya,” ujarnya seraya menambahkan, musim low session pihaknya juga memberikan diskon khusus.

Dikatakan, high session (musim ramai kunjungan wisatawan) terjadi pada bulan Juli hingga Agustus.

Suliastama tak sendiri, penginapan juga dikembangkan oleh masyarakat lainnya.

Adalah Nyoman Sundi yang juga  mengembangkan penginapan semenjak setahun terakhir.

Penginapan yang ia beri nama Sundi Ocean Bungalow itu awalnya hanya memiliki satu kamar, namun kini sudah memiliki enam kamar serta empat kamar berikutnya masih dalam proses pembuatan.

Baca: Pembangunan Industri Kereta Api Terbesar Se-Indonesia di Banyuwangi Resmi Dimulai

Baca: Arnawa Minta Kurikulum Pelajaran Bahasa Bali Ditinjau Ulang, Belum Mengakomodasi Sekolah Khusus

Sebelum merintis penginapan, ia mengaku berprofesi sebagai petani rumput laut.

Nyatanya profesi itu tidak mampu memberinya penghasilan yang layak sehingga ia pun akhirnya memilih menjadi tukang.

Pilihan menjadi tukang juga tak mampu memberikan hasil yang maksimal sehingga ia pun mulai melirik potensi pariwisata yang semakin berkembang.

"Setelah pertukangan tidak mampu menghidupi saya. Banyak anak-anak (yang harus dibiayai), pindah saya ke wisata," tuturnya saat ditemui, Minggu (31/3/2019) pagi.

Semenjak ia beralih profesi ke sektor pariwisata, ia mengakui bahwa sektor ini lebih enak untuk dilakoni.

Pendapatan yang ia hasilkan dalam satu bulan bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan,  yang jika dibandingkan saat bertani rumput laut hanya Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.

Ia pun mengaku membangun penginapannya itu dengan uang hasil mengontrakkan tanahnya kepada orang lain. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved