Pariwisata Nusa Penida Menggeliat, Masyarakat Lokal Mulai Kembangkan Penginapan
Keberadaan pariwisata di Nusa Penida kini makin menggeliat. Hal itu bisa dilihat dari melonjaknya pengunjung baik dari dalam dan luar negeri
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Keberadaan pariwisata di Nusa Penida kini makin menggeliat.
Hal itu bisa dilihat dari melonjaknya pengunjung baik dari dalam dan luar negeri yang datang ke salah satu pulau di Kabupaten Klungkung ini.
Peningkatan kunjungan wisatawan itu terjadi sejak diselenggarakannya Nusa Penida Festival yang telah diadakan sebanyak tiga kali dalam tiga tahun terakhir.
"Memang kita akui belakangan ini tiga tahun terakhir memang lonjakan pengunjung ke Nusa Penida 100 persen lebih lah dari tahun-tahun terkahir semenjak dilaksanakannya Festival Nusa Penida 1, 2 dan 3," kata Perbekel Desa Sakti, I Ketut Partita.
Hal itu Partita jelaskan ketika hadir dalam peresmian penginapan Sunrise Penida Hill, Sabtu (30/3/2019) sore.
Baca: Perbakel Mengucap Syukur, Sebelum Pohon Besar Tumbang, Balai Gong Dipakai Latihan Sekhaa Hong
Baca: Ketua GP Ansor Bali Minta Ketua Cabang Ikut Jaga Pemilu Kondusif
Adapun objek wisata yang bisa dinikmati di Pulau Nusa Penida cukup banyak, mulai dari Broken Beach atau masyarakat lokal menyebutnya Pasih Uug, Raja Lima, serta Bukit Atuh yang menyerupai Raja Ampat.
Selain itu masih ada Kolam Bidadari, Smoky Beach, Crystal Bay, Pantai Kelingking, Manta Bay, Pantai Suwehan, Teletubbies Hill, dan objek menarik lainnya.
Perkembangan pariwisata ini ternyata juga didukung dengan semakin meningkatnya pembangunan penunjang pariwisata itu sendiri, salah satunya tempat menginap untuk para wisatawan.
Banyak penginapan yang dikembangkan oleh masyarakat lokal dari Nusa Penida sendiri.
Sunrise Penida Hill misalnya, menjadi salah satu akomodasi pariwisata yang bisa digunakan sebagai tempat menginap bagi para wisatawan.
Baca: Angka Pengangguran di Bali Relatif Kecil, Wagub Cok Ace Mengaku Belum Puas
Baca: Bulan April dan Mei, Warga Tabanan Diimbau Waspadai Penyakit ini, Pemerintah Siapkan Rp 1 Miliar
Owner Sunrise Penida Hill, Wayan Suliastama yang juga warga Desa Sakti mengatakan, selain menawarkan kenyamanan bagi wisatawan, penginapan ini juga menawarkan panorama Pulau Bali dan Lombok.
Awalnya, ia mencoba membangun penginapan ini pada tahun 2018 lalu, dan tanpa disadari usahanya itu membuahkan hasil.
"Untuk sekarang total ada sembilan kamar yang kami miliki," kata Suliastama saat syukuran pertama hari jadi penginapannya, Sabtu (30/3/2019).
Demi membangun penginapan ini, Suliastama bahkan sampai mengajukan pinjaman ke bank sekitar Rp 800 juta dan dibangun dengan berbagai fasilitas di dalamnya.
“Fasilitas yang dimiliki penginapan kami selain kolam renang, juga tersedia air panas, ketel untuk membuat air panas, Wi-Fi, serta fasilitas lainnya,” jelasnya seraya mengatakan, rate kamar mulai dari Rp 400 ribu – Rp 700 ribu per malam.
Baca: PKB 2019 Dimeriahkan Berbagai Lomba, Ada Kategori Kabupaten/Kota dan Umum
Baca: Begini Sejarah Tempat Selfie Seharga Rp 16 Miliar di Pantai Karangdadi Klungkung, Anda Penasaran?
Ke depan, dirinya juga berencana mengembakan penginapan yang ia miliki.
“Nanti kalau ada modal, dan tamunya ramai, kami akan menambah kamar. Bila perlu ada mice-nya,” ujarnya seraya menambahkan, musim low session pihaknya juga memberikan diskon khusus.
Dikatakan, high session (musim ramai kunjungan wisatawan) terjadi pada bulan Juli hingga Agustus.
Suliastama tak sendiri, penginapan juga dikembangkan oleh masyarakat lainnya.
Adalah Nyoman Sundi yang juga mengembangkan penginapan semenjak setahun terakhir.
Penginapan yang ia beri nama Sundi Ocean Bungalow itu awalnya hanya memiliki satu kamar, namun kini sudah memiliki enam kamar serta empat kamar berikutnya masih dalam proses pembuatan.
Baca: Pembangunan Industri Kereta Api Terbesar Se-Indonesia di Banyuwangi Resmi Dimulai
Baca: Arnawa Minta Kurikulum Pelajaran Bahasa Bali Ditinjau Ulang, Belum Mengakomodasi Sekolah Khusus
Sebelum merintis penginapan, ia mengaku berprofesi sebagai petani rumput laut.
Nyatanya profesi itu tidak mampu memberinya penghasilan yang layak sehingga ia pun akhirnya memilih menjadi tukang.
Pilihan menjadi tukang juga tak mampu memberikan hasil yang maksimal sehingga ia pun mulai melirik potensi pariwisata yang semakin berkembang.
"Setelah pertukangan tidak mampu menghidupi saya. Banyak anak-anak (yang harus dibiayai), pindah saya ke wisata," tuturnya saat ditemui, Minggu (31/3/2019) pagi.
Semenjak ia beralih profesi ke sektor pariwisata, ia mengakui bahwa sektor ini lebih enak untuk dilakoni.
Pendapatan yang ia hasilkan dalam satu bulan bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan, yang jika dibandingkan saat bertani rumput laut hanya Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.
Ia pun mengaku membangun penginapannya itu dengan uang hasil mengontrakkan tanahnya kepada orang lain. (*)