Minum Obat Penghenti BAB saat Diare Ternyata Tak Direkomendasikan WHO, Ini Sebabnya
Ketika sedang dilanda diare, mungkin hal pertama yang Anda lakukan adalah meminum obat-obatan penghenti diare.
Demam yang menyertainya juga tidak setinggi yang disebabkan oleh virus.
Baca: Dinkes Provinsi Bantah Pernyataan Pemerintah Australia Sebut Bali Outbreak Virus JE
Baca: 7 Makanan Sehari-hari Yang Sering Dikonsumsi Ini Ternyata Malah Picu Penyakit Diabetes
Namun, diare jenis ini biasanya juga dibarengi nyeri perut, dan pada kasus-kasus disentri, juga menimbulkan buang air besar berdarah.
Untungnya, tata laksana keduanya tidak jauh berbeda.
Pertama, diperlukan rehidrasi atau fluid management. Ketika diare, zat pertama yang hilang dari tubuh adalah elektrolit dan cairan.
Oleh karena, pasien perlu diberikan oral hydration solution (oralit) sebagai pengganti.
Setelah rehidrasi dilaksanakan, pasien diare juga harus makan sesegera mungkin.
"Tubuh perlu kalori, jangan malah enggak mau makan," kata Felix.
Pasien anak-anak juga perlu mengonsumsi zinc 10-20 mg setiap hari selama 14 hari untuk membantu menangani diare.
Baca: Kapan Waktu Tepat Untuk Mandi? Ketahui Agar Terhindar dari Risiko Penyakit Paru hingga Jantung
Sementara itu, seperti diungkapkan di atas, antibiotik hanya diberikan bila diare disebabkan oleh bakteri.
Akan tetapi, apabila diare disertai penyulit, maka pasien harus segera dibawa ke dokter untuk mendapat penangan lebih lanjut.
Felix menjelaskan bahwa penyulit ini seperti muntah-muntah hebat, padahal pasien diare memerlukan rehidrasi; demam yang menandakan infeksi dan dehidrasi pada anak-anak.
"Orang dewasa 2-3 hari bisa bertahan (dengan diare), tapi kalau anak-anak itu (kalau dehidrasi) jadi lemas, ngantuk, dan tidak mau makan atau minum," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Direkomendasikan WHO, Amankah Minum Obat Penghenti BAB Saat Diare?"