Mulai Leak Hingga Pengasih-asih, Inilah Imu Magis Yang Masih Dipercaya Ada di Bali
Walaupun tak banyak orang yang bisa menjumpai wujud leak, tapi kebanyakan orang percaya bahwa ilmu leak itu ada.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Menurut Dosen Sastra Bali Universitas Udayana, Putu Eka Guna Yasa sebagaimana yang ia baca dalam lontar Usadha Bebai, bebai tersebut dibuat dengan sarana bayi yang digugurkan.
"Dalam Usadha Bebai, bebahi berasal dari bayi hasil pengguguran kandungan. Setelah ditanam kemudian diambil, dirawat sedemikian rupa," kata Guna.
Bayi tersebut diupacarai sebagaimana bayi biasanya yang hidup.
Dilakukan upacara 12 hari, upacara tiga bulanan, otonan sehingga energi yang ada di dalam bayi tersebut bisa menganggap orang yang memeliharanya itu sebagai orangtuanya.
"Karena ada rumus tertentu yang bisa nenarik jiwa dari seseorang melalui sebuah media sehingga datang lagi. Oleh karena itu bayi tersebut akan tumbuh dan menghamba pada yang memelihara," katanya.
Nantinya, bebai ini perlu darah untuk makanan, kalau tidak darah manusia, bisa darah ayam.
"Inilah nantinya yang dikirim sehingga tumbuh dan dikirim masuk ke tubuh seseorang dan ini juga bisa diperjualbelikan," imbuhnya.
Orang yang dimasuki bebai ini disebut dengan bebainan.
Guna menambahkan, dominan anak bebainan itu adalah wanita.
"Asumsinya berkaitan dengan siklus bulanan karena di saat titik tertentu ada perasaan sensi istilahnya, itu yang dimanfaatkan sehingga masuk ke dalam tubuhnya," katanya.
Bahkan seseorang yang bebainan tersebut bisa lost control dan dapat digerakkan oleh orang yang mengirim bebai tersebut.
Sehingga jangan biarkan diri dikuasai amarah karena amarah akan memudahkan hal-hal negatif masuk ke dalam diri.
Guna menambahkan, saat diri dikuasai rasa amarah atau rasa benci, maka hal-hal yang negatif lebih mudah masuk ke dalam diri daripada hal-hal positif.
"Penyakit non medis dimasukkan dengan menggunakan kebencian. Apalagi ada masalah. Rasa marah adalah sarana. Sehingga orang yang iri akan mencari kesalahan kita sehingga kita marah," kata Guna.
Ketika wak parusia atau saat kita mengeluarkan kata-kata amarah itu sebagai sarana yang sangat baik.