Merta Kesulitan Tanggung Biaya Dua Anak, Lumpuh Usai Jatuh dari Pohon Cengkeh Setahun Lalu
Made Merta (50) terbaring dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Bukan tanpa alasan, itu karena ia tidak bisa berjalan bahkan bekerja
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Made Merta (50) terbaring dengan kondisi yang cukup memprihatinkan.
Bukan tanpa alasan, itu karena ia tidak bisa berjalan bahkan bekerja.
Padahal dapur harus tetap 'ngebul' dan dua anaknya harus dibiayai.
Ia masih harus membiayai dan merawat dua anaknya, Kadek Kariyastini kelas 3 SD di SD 2 Yehembang dan Komang Pariana kelas 1 SD.
Sayangnya, Merta tidak bisa memenuhi kewajiban karena menderita lumpuh usai terjatuh dari pohon cengkeh Agustus 2018 lalu.
Saat itu ia masih bekerja sebagai buruh panjat.
Sementara sang istri sudah meninggal dunia.
Warga Banjar Bungbungan, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana ini terbaring lemah di ranjangnya.
Sesekali ia duduk karena lama terbaring, dan mesti dibantu oleh anaknya.
Baca: Detik-detik Jelang Kelahiran Anak Ketiga, Nikita Mirzani Menangis, Tak Didampingi Ayah Sang Bayi
Baca: Tabanan Juara Umum Kejurda Laga Antar Bintang Kelatnas Indonesia Perisai Diri Bali Kategori Dewasa
Merta menuturkan, ia mengalami patah pada tulang ekor hingga membuatnya lumpuh.
Bahkan untuk buang air kecil harus menggunakan selang.
Merta kini tinggal di rumah adiknya, setelah rumah yang ia huni sebelumnya digunakan anak pertamanya yang sudah menikah.
Ia kemudian tinggal bersama adiknya, Ketut Suwentra dan iparnya Murniasih.
"Dulu tinggal di rumah yang bedah rumah. Karena sudah tidak ada yang rawat, jadi di rumah adik dan ipar saya. Untungnya dua anak saya masih sekolah. Adik dan ipar saya baik sekali," ucapnya, Minggu (28/4/2019) kemarin.
Naasnya, Merta tinggal di rumah adiknya yang kondisi jalannya cukup mengkhawatirkan.
Jalan rabat beton kecil yang terjal curam dan licin.
Sama seperti Merta, kondisi ekonomi sang adik pun tidak mampu dan kekurangan.
Adiknya hanya bekerja sebagai buruh.
Baca: Viral! Tamu Undangan Harus Bayar Tiket Rp 300.000 Setiap Datang ke Pesta Ulang Tahun
Baca: Sandiaga Uno: Para Petugas dan Saksi Harus Perhatikan Kesehatannya, Jangan Sampai Kelelahan
Iparnya sehari-hari membuat jejahitan.
Hingga saat ini ia masih harus rutin terapi dan kerap digendong adiknya atau mengendarai motor dengan risiko cukup tinggi karena tanjakannya sangat curam.
"Masih bisa hidup dan makan.Mudah-mudahan saya bisa sembuh. Saya sudah merepotkan banyak orang. Memang dapat PKH (Penerima Keluarga Harapan)," jelasnya.
Merta menaruh harapan besar untuk kesembuhannya.
Ia juga berharap anak-anaknya bisa melanjutkan sekolah agar bernasib lebih baik dibanding dirinya.
"Harapan pasti sembuh. Terus biayai anak biar bisa terus sekolah. Biar nasib mereka tidak seperti saya. Bisa lebih baik," tegasnya.
Kelian Banjar Bungbungan, Desa Yehembang, Ketut Sutama mengakui Merta merupakan warganya yang masuk dalam daftar KK miskin buku merah.
Merta juga mendapatkan bantuan PKH.
"Ya benar memang begitu kondisinya. Kami sudah rutin uruskan untuk bantuan PKH-nya," bebernya. (*)