Deteksi Dini Penyebaran Informasi Hoax, Satgas Taboo Bakal Jaga Denpasar

Pemkot Denpasar bersiap menggodok pembentukan Satgas Taboo (Tangkal dan Analisa Berita Bohong)untuk menangkal informasi hoax

Penulis: eurazmy | Editor: Widyartha Suryawan
Net
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemkot Denpasar bersiap menggodok pembentukan satuan tugas (Satgas) untuk menanggulangi dampak negatif perkembangan teknologi informasi.

Melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Satgas ini diberi nama Taboo (Tangkal dan Analisa Berita Bohong).

Satgas ini bertugas memantau dan membantu masyarakat dalam memverifikasi berita dan informasi yang mereka peroleh.

Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Publik Diskominfo Denpasar, Gde Wirakusuma Wahyudi mengatakan, Satgas ini nantinya juga ditunjang dengan sebuah aplikasi sederhana untuk memantau dan mendeteksi keberadaan konten dan akun-akun di dunia maya.

Skup pengawasan Taboo bersifat luas, tidak hanya berkisar soal mendeteksi konten-konten radikal maupun penyebar hoax.

Menurut Wira, Satgas akan memacu tingkat literasi media masyarakat agar lebih bijak dan berhati-hati saat menerima informasi.

Sehingga, perilaku negatif di media sosial yang berpotensi merusak ketentraman masyarakat, khususnya di Bali bisa diredam.

''Lebih pada edukasi pada masyarakat untuk melakukan check and re-check terlebih dahulu sebelum menyebarluaskan informasi. Saring sebelum sharing,'' jelas Wira, Sabtu (11/5/2019).

Secara teknis, terang Wira, Satgas Taboo memang lebih berbasis pada website. Di sana sejumlah data akan terdeteksi dan diverifikasi.

“'Kita memantau berdasarkan laporan masyarakat. Baik isu nasional yang beredar di Bali, maupun murni isu lokal,'' terangnya.

Dalam template aplikasi Taboo, nantinya masyarakat bisa mengakses hasil verifikasi secara langsung.

Hasil verifikasi informasi seluruhnya akan diposting di beranda laman dan warga bisa mengecek sumber informasi hoax ini secara mandiri.

''Kami membantu dalam verifikasi terutama. Masyarakat juga bisa melaporkan isu atau konten yang mereka ragukan melalui aplikasi ini,'' ujarnya.

Kendati demikian, hingga saat ini belum ada temuan konten maupun akun berpotensi mengandung ideologi radikal.

Sebelumnya, konten berita hoax pernah dijumpai pada skala lokal di Bali seperti isu tentang coklat mermaid dan isu Jokowi menjadi presiden DK PBB.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved