Tak Hanya Perubahan Jumlah Tapi Juga Struktur, Pertumbuhan Penduduk Bali Rata-rata 1,54 Persen/Tahun
Dalam periode lebih dari lima dekade terakhir, penduduk Bali tidak hanya mengalami perubahan dalam jumlah tapi juga tatanan atau struktur penduduknya
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
Tak Hanya Perubahan Jumlah Tapi Juga Struktur, Pertumbuhan Penduduk Bali Rata-rata 1,54 Persen/Tahun
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam periode lebih dari lima dekade terakhir, penduduk Bali tidak hanya mengalami perubahan dalam jumlah tapi juga tatanan atau struktur penduduknya.
Menurut Ketua Forum Advokasi Hindu Dharma (FAHD) Wayan Sayoga, perubahan demografi di Bali jika tidak ditangani dengan bijaksana maka dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai dampak dan persoalan.
Persoalan tidak hanya dalam bidang ekonomi, kesehatan, sosial, politik, budaya namun juga pada bidang spiritual.
Sebaliknya, jika perubahan demografi dapat ditangani dengan baik dan bijak, maka perubahan struktur kependudukan akan membawa manfaat berlipat ganda bagi kemajuan Bali dalam segala aspek kehidupan.
“Isu demografi bukan masalah lokal. Ini adalah masalah global, bukan saja di Bali tapi ada dimana-mana persoalan ini,” kata Sayoga dalam simposium demografi dengan tema ‘Dampak Perubahan Struktur Penduduk Bali terhadap Tatanan Kehidupan Masyarakat Bali yang Dilandasi Nilai-Nilai Luhur Hindu Dharma’, di Wantilan Kantor DPRD Bali, Sabtu (25/5/2019).
Pihaknya berharap Simposium terkait isu demografi menjadi momentum bagi orang Bali untuk melakukan introspeksi diri dan mengoreksi segala kelemahan, serta melakukan terobosan untuk mencari solusi atas kemungkinan-kemungkinan terbaik, sehingga masyarakat Bali bisa hidup harmonis dan damai.
Baca: Berbagi Foto dan Video di Facebook, Instagram dan WhatsApp Kini Lancar Kembali
Baca: Allegri Sebut Penggantinya dari Manchester, Pep Guardiola Makin Dekat ke Juventus
Dalam simposium itu, Perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Ketut Mondai The And berkesempatan menjelaskan terkait posisi kependudukan di Bali.
Mondai mengungkapkan, pada tahun 1961 jumlah penduduk Bali 1,78 juta jiwa, tahun 2015 berjumlah 4,1 juta jiwa, dan selanjutnya dari hasil proyeksi BPS jumlah penduduk Bali tahun 2019 menjadi 4,3 juta jiwa.
“Artinya dari tahun 1961 sampai tahun 2019 sudah ada penambahan jumlah penduduk sebesar 2,6 juta jiwa atau 143,3 persen. Bila dirata-ratakan pertumbuhan penduduk Bali setiap tahun, dari tahun 1961 sampai 2019 yaitu 1,54 persen,” kata Mondai dalam presentasinya.
Data berikutnya, pada Tahun 2019 proporsi penduduk usia tua di Bali mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015.
Dilihat dari rasio ketergantungan tahun 2015 mencapai 43,54 persen, namun tahun 2019 meningkat menjadi 43,78 persen.
Angka tersebut bermakna bahwa 100 penduduk usia produktif (usia 15 sampai 64 tahun) akan menanggung sekitar 44 orang penduduk usia non produktif (usia dibawah 15 tahun atau 64 tahun keatas).
Baca: Bali Raih Penghargaan Best Performance dari PSSI
Baca: Piala Sudirman, Daftar Susunan Pemain Indonesia vs Jepang di Semifinal Sore Ini
Dalam demografi, kata dia, pertumbuhan penduduk terdiri atas dua faktor.
Faktor pertama yaitu penambahan penduduk alami, atau penduduk yang lahir dikurangi dengan penduduk yang mati.
Serta faktor kedua yaitu penambahan penduduk akibat migrasi, atau perbandingan antara penduduk yang datang dan yang keluar.
Pada tahun 1971, angka kelahiran di Bali mencapai 5,96 persen.
Sedangkan tahun 2017 turun menjadi 2,1 persen.
“Hal itu dikarenakan pengaruh program Keluarga Berencana (KB),” kata Mondai.
Selanjutnya berdasarkan data kependudukan BPS tahun 2015, migrasi di Bali surplus.
Orang yang datang ke Bali jumlahnya lebih besar daripada orang yang keluar Bali.
Mondai menyebut orang yang keluar Bali dibandingkan yang masuk Bali selisihnya mencapai 89 ribu.
Baca: Anda Jarang Tersenyum Saat Menghadapi Anak? Begini Dampaknya Terhadap Perkembangannya
Baca: Kodim 161/Gianyar Bersama BKKBN Gelar Pelayanan KB Gratis
Adapun Migrasi paling banyak berasal dari Jawa Timur sejumlah 49,84 persen, Jawa Barat 8,74 persen, NTB 7,43 persen dan NTT 8,13 persen.
“Kepulauan lainnya sedikit secara persentase seperti Sumatera, Papua, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku juga ada. Jadi Bali ini menjadi primadona untuk masuknya orang-orang ke Bali,” sebutnya.
Ia menambahkan, jika dilihat dari kelompok usia, maka usia yang mendominasi penduduk yang datang ke Bali adalah berusia antara 20-24 tahun.
Dilihat alasan mereka masuk ke Bali didominasi karena alasan bekerja, mencari pekerjaan atau ikut dengan keluarga.
“Ketiga komponen itu menjadi alasan dia datang ke Bali,” imbuhnya.
Dari data, Mereka kemudian diketahui paling banyak bekerja pada sektor jasa yakni berjumlah 70,26 persen.
Beberapa pembicara juga hadir untuk menyampaikan perspektif dan pemikirannya dalam simposium, antara lain Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, Prof LK Suryani, Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmika, DR Ni Wayan Suriastini dan Ngakan Putu Putra. (*)