PPDB 2019 di Denpasar, Cerita Ketut Kartika Akhirnya Pasrah Anaknya Sekolah di SMP Swasta
Ketut Kartika harus rela anaknya tidak mengenyam pendidikan di sekolah yang diimpikan, yakni SMPN 10 Denpasar.
Penulis: Meika Pestaria Tumanggor | Editor: Rizki Laelani
PPDB 2019 di Denpasar, Cerita Ketut Kartika Akhirnya Pasrah Anaknya Sekolah di SMP Swasta
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berikut adalah perkembangan Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019 di Bali.
Proses PPDB di Bali masih menyisakan cerita bagi para orangtua siswa yang akan melanjutkan pendidikan dari sekolah dasar (SD) ke sekolah menengah pertama (SMP) Negeri.
Momen PPDB 2019 ini, tampaknya tak akan dilupakan Ketut Kartika.
Ketut Kartika harus rela anaknya tidak mengenyam pendidikan di sekolah yang diimpikan, yakni SMPN 10 Denpasar.
Padahal tempat tinggal ke SMPN 10 Denpasar hanya berjarak 533 meter.
Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA, Ini Waktunya!
Namun, waktu terus berganti. Dirinya pun menyiakan opsi untuk anak tercintanya.
Ketut Kartika pun suka rela menceritkan kisahnya sebagai orangtua menghadapi PPDB 2019 ini.
Sejak PPDB tahun 2019 dibuka, Ketut Kartika telah menyiapkan seluruh kelengkapan administrasi untuk mendaftarkan anaknya ke SMPN 10 Denpasar.
Langkah awal, Ketut Kartika mendaftarkan anaknya mengikuti jalur zona terdekat.
Baca: Direktur Politeknik Nasional Denpasar Lantik 8 Pejabat Struktural
Baca: Gerhana Matahari dan Perebutan Tirta Amerta
Baca: Live Streaming Gerhana Matahari Total Melalui Web NASA, Bisa Saksikan Pakai Smartphone
Baca: Gadis Belia di Denpasar Minta Dinikahi Padahal Baru Sehari Kenal, Kedua Kali Mau Diajak Intim
Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA, Ini Waktunya!
Sebagai pegangannya, Ketut Kartika bermodalkan surat dimisili, karena merasa jarak dari tempat tinggal ke sekolah yang tak begitu jauh.
Namun, hasil pengumuman berkata lain. Anaknya tidak diterima di SMP Negeri 10 Denpasar.
"Anak saya nggak lulus karena kalah di jarak. Jarak rumah saya ke sekolah 533 meter. Sementara jarak terjauh yang diterima 476 meter," kata Ketut Sanjaya.
Pria asal Bangli yang sudah 13 tahun tinggal di Denpasar ini pun mencoba cara lain.
Tak boleh putus asa, itu yang diucap Ketut Kartika.
Dia pun mencoba mendaftarkan anaknya ke sekolah yang sama melalui jalur zona kawasan.
Namun, saat waktu pendaftaran online dimulai, ia tidak dapat mendaftar.
Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA, Ini Waktunya!
Alasannya, saat akan memulai pengisian justru website error.
"Pas mau daftar zona kawasan, nggak bisa. Loading. Jadi nggak bisa daftar," katanya.
Ketika PPDB jalur terakhir dibuka pada Minggu (30/6/2019) lalu, Ketut Kartika memilih untuk tidak lagi mendaftarkan anaknya ke SMPN 10 Denpasar.
Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA, Ini Waktunya!
"Saya ada baca di media kalau yang daftar untuk hari Minggu itu hanya yang pakai KK Denpasar. Karena menyadari saya pakai surat domisili, daripada sia-sia, saya tidak ikut daftar," jelasnya.
Ketut Kartika adalah seorang karyawan swasta asal Bangli yang telah 13 tahun tinggal di Denpasar.
Mesti telah belasan tahun tinggal di Denpasar, Ketut Kartika tidak memindahkan urusan administrasi kependudukannya dari alamat sebelumnya ke tempat ia tinggal saat ini.
Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA, Ini Waktunya!
"Nggak ngurus KK di Denpasar karena jarak Bangli-Denpasar kan dekat. Jadi nggak ngurus administrasi ke dinas," kata Ketut Kartika.
Ketut Kartika sempat dilema memutuskan sekolah yang akan ditempuh anaknya.
"Sebenarnya kalau mau dapat negeri bisa di Kampung. Tapi, kalau di kampung, sementara saya tinggal di Denpasar. Nanti anak sama siapa di kampung."
"Jadi coba di sini dulu, soalnya jalur zona terdekat bisa pakai surat domisili, tapi ternyata anak saya nggak diterima untuk zona terdekat," kata Ketut.
Karena pendidikan untuk anaknya penting, Ia akhirnya memilihkan sekolah swasta.
Live Streaming Gerhana Matahari Total melalui situs web NASA, Ini Waktunya!
"Ya nggak apa, kalau nggak dapat negeri. Mau gimana lagi, sudah nggak bisa masuk negeri."
"Lagipula pendaftaran di negeri juga sudah berakhir. Mau nggak mau, harus ke swasta meski agak besar biayanya. Untung swasta juga masih ada yang buka pendaftarannya. Kalau anak maunya di negeri, kita orangtua juga agak ringan," tambahnya. (*)