Perjuangan Ni Luh Arick Istriyanti, Dirikan Komunitas Ekspresi untuk Bantu Anak-Anak Belajar
Berkat Komunitas Ekspresi yang didirikannya pada tahun 2013 menjadikan desanya didapuk sebagai desa ramah anak.
Penulis: Noviana Windri | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, seorang pemuda tentu tidak luput dari sudut pandang yang menyertainya.
Apalagi, pemuda tersebut berada di sebuah desa dan memiliki peranan penting dalam membangun desanya.
Tidak sedikit masyarakat desa yang menggantungkan harapannya kepada para pemuda yang dikenal sebagai kaum intelektual dan kaum terpelajar untuk bisa memajukan pembangunan desa.
Ia adalah Ni Luh Arick Istriyanti, perempuan muda dan cerdas yang membawa perubahan di desanya, Sibangkaja, Abiansemal, Badung.
Bukan tanpa alasan, berkat Komunitas Ekspresi yang didirikannya pada tahun 2013 menjadikan desanya didapuk sebagai desa ramah anak.
• C151 Smart Villas Seminyak Berikan Promo Flash Sale 70% hingga November
• Jambore Fotografi Mahasiswa Indonesia (FMI) XII, Peserta Bidik Kawasan Heritage Denpasar
"Awalnya saya mendirikan komunitas karena melihat kondisi anak-anak di desa saya sudah mulai tidak nyaman ke sekolah, bahkan mogok sekolah. Kondisi itu membuat saya penasaran dan kemudian saya mencari tahu apa penyebabnya," ceritanya.
Arick, sapaan akrabnya, kemudian menemukan bahwa penyebab anak-anak di desanya tak memiliki gairah bersekolah bahkan mogok sekolah akibat dari sistem pendidikan masih seperti dahulu, meski zaman telah berubah.
Dari sanalah ia kemudian tergerak membuat sebuah Komunitas Ekspresi untuk memberikan wadah kepada anak-anak untuk mengungkapkan keluhan dalam belajar, mengembangkan diri, membantu menemukan minat, dan menjadikan anak-anak lebih percaya diri.
Awalnya, Komunitas Ekspresi yang ia bentuk hanya diisi oleh 10-15 anak dari tetangga di sekitar rumahnya.
• Cabut Permohonan Eksekusi Izin Reklamasi, Walhi Sebut Pelindo III Tak Punya Itikad Baik
• Begini Kesan Tjahjo Kumolo dan Luhut Setelah Lima Tahun di Kabinet Kerja Jokowi-JK
"Saya membuat konsep belajar di alam, di mana kita tidak hanya belajar tetapi juga bermain. Dan 80 persen itu praktik, sisanya ya teori. Anak-anak di komunitas saya ini sudah biasa berdiskusi dan berpendapat," ungkapnya.
Hingga lambat laun, anak-anak dan sukarelawan di komunitasnya terus bertambah.
Jalan tak selalu mulus, tepat pertengahan tahun 2016, saat Arick menempuh pendidikannya di Surabaya, ia mendengar kabar bahwa anak-anak yang datang ke komunitas berkurang.
Beberapa relawan yang biasa membantunya memberikan pembelajaran kepada anak-anak pun tak hadir.
Sehingga membuat komunitasnya tak berjalan sesuai rencana dan harapannya.