Pentingnya Pendidikan Pancasila, BPIP: Pendidikan Pancasila Harus Diberikan dari PAUD dan TK
Pendidikan Pancasila itu untuk mengembalikan peran Pancasila dalam pembangunan Indonesia, tidak hanya moralitas tapi pembangunan secara konkret.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Salah satu komponen negara yang besar dan maju dinilai karena berpedoman pada ideologi, seperti Jerman, Korea dan Jepang.
Indonesia juga dinilai demikian, namun sayangnya saat pemilu kemarin negara ini seperti terbelah dan adanya terpapar paham radikalisme atau anti-Pancasila.
Deputi Bidang Pengkajian dan Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof FX Adji Samekto menyoroti generasi muda saat ini, terutama generasi Z, yang cenderung apatis.
Oleh karena itu, dirinya mengusulkan agar Pancasila harus didapatkan mulai dari pendidikan terendah, seperti PAUD dan TK.
• Satpol PP Badung Sebut Pengawasan Penduduk Pendatang di Kelurahan Terbentur Dana
• Warga di 4 Kelurahan Kecamatan Buleleng Bersih-Bersih Kali Mumbul, Diupah Rp 80 Ribu per Hari
Prof FX Adji Samekto mengatakan pendidikan Pancasila itu untuk mengembalikan peran Pancasila dalam pembangunan Indonesia, tidak hanya moralitas tapi pembangunan secara konkret.
“Ini soal terkait aspek mengembalikan lagi peran Pancasila dalam pembangunan Indonesia tidak hanya pembangunan moralitas tapi juga pembangunan secara konkret. Pancasila itu juga harus dikonkretkan, bukan gotong royong arti kecil saja, tapi lebih besar dari itu," kata dia.
Hal itu ia katakan saat diwawancari usai Diskusi Kelompok Terpimpin (FGD) sinkronisasi dan akseptasi Buku Pancasila; Dialektika dan Masa Depan Bangsa di Jimbaran yang berlangsung dari tanggal 7- 9 November 2019.
• Kunjungi Banjar Juwet, Kodim 1611/Badung Berikan Penyuluhan Tentang Radikalisme
• Bangli Kekurangan Kasek dan Pengawas Sekolah, Bisa Bertambah Karena Ada yang Pensiun
Hadir dalam acara itu narasumber yang berkompeten memberikan masukan, seperti Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) RI Arif Budimanta, dan Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta Prof Amin Abdullah dan masih banyak lagi.
"Dalam konteks ini Pancasilanomics membawa Pancasila dalam modernitas. Oleh karena itu memang perlu mengingatkan kembali peran Pancasila. Karena tidak bisa tidak karena selama ini agak ditinggalkan gitu, apalagi dengan muncul generasi ada the vacum of ideologies after 1999 itu, itu intinya,” imbuhnya.
Target penyelesaian buku Buku Pancasila; Dialektika dan Masa Depan Bangsa ini direncanakan awal Desember mendatang.
Setelah buku ini diterbitkan, akan ada lagi buku-buku lanjutan mengenai Pancasila yang akan dikeluarkan BPIP, seperti aspek ekonomi, kemudian buku untuk lembaga pendidikan dari PAUD sampai perguruan tinggi yang bersinergi dengan beberapa kementerian.
• Saling Lirik Berujung Pengeroyokan, Sekujur Tubuh Krisna Terluka dan Sempat Tak Sadarkan Diri
• Pembangunan Perumahan di Banjar Poh Manis Denpasar, Pengembang Ancam Laporkan Perbekel
Berbagai kementerian yang dimaksud seperti Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Bahkan BPIP berencana menerbitkan buku tentang Pancasila untuk generasi milenial.
“Mungkin untuk generasi milenial akan buat. Ya pasti sekarang disusun oleh diklat. Itu standarisasi saya materi pancasila sd perguruan tinggi dari paud ada juga untuk ASN. Desember ini harus jadi. Ya begitu pengennya,” tuturnya.
Lebih lanjut dijelaskan, euphoria pada Pasca-Orde Baru Pancasila hilang karena dipandang sebagai alat politik, tetapi nyatanya bukan sehingga baginya penerbitan buku ini dinilai urgen.
"Anak-anak sekarang lupa what is The Pancasila? Ya betul marak radikalisme. Pembicaraannya soal bagaimana kondisi keterpaparan sudah mulai ada ASN dan TNI, karena karena ada kevakuman pada waktu itu,” pungkasnya. (*)