Bali United
Teco Beberkan Senjata Utama Sukses Menjadi Pelatih Asing
Teco mengakui bahwa bahasa Indonesia menjadi senjata utama seorang pelatih asing dalam melatih klub di Indonesia
Penulis: Marianus Seran | Editor: Irma Budiarti
Poin 57 sisakan delapan laga lagi, menjaga margin dengan tim pesaing terdekat 13 poin.
Bali United hanya butuh 12 poin (empat kemenangan) untuk mengunci gelar juara musim ini.
Teco bisa mempersembahkan empat kemenangan lagi dalam delapan laga sisa ini.
• Pullman Bali Legian Beach Hadirkan Pameran Lukisan Plasticology Karya Made Bayak
• Golose Bantah Aksi Teror Bom Medan Berkaitan Dengan Rencana Aksi di Bali
Pelatih asal Brasil ini, membagi tips kepada Tribun Bali, mengapa dirinya bisa menjinakkan Serdadu Tridatu (semua pemain), dan menjaga atmosfer tim tetap kondusif hingga saat ini.
Teco mengatakan Persebaya Surabaya menjadi awal karier dirinya hingga bisa sukses di Persija Jakarta, dan jelang sukses bersama Bali United.
"Pertama, kami punya metodologi dari Brasil, sejak saya di Persebaya Surabaya sebagai asisten pelatih, saya banyak belajar terkait Liga I Indonesia. Dari kultur sepak bola Indonesia, saat itu juga saya banyak belajar bahasa Indonesia," tegas Teco kepada Tribun Bali, Jumat (15/11/2019) sore.
Saat itu, Teco mengakui bersama Persebaya Surabaya berhasil juara Liga I Indonesia 2004.
Setelah ini, Teco akan kembali mengukir prestasi di Liga I Indonesia.
Setahun lalu ia berhasil membawa Persija Jakarta juara Liga I Indonesia, dan sekarang menuju juara Liga I Indonesia 2019 bersama Bali United.
• Kekeringan, Warga Kecag Balung Rela Mengantre untuk Dapat Air Bersih
• BREAKING NEWS Tabrak Trotoar di Timur Pura Tanah Kilap, Cok Gede Bagus Meninggal di Tempat
"Saat paham dan bisa berbahasa Indonesia, semua ini yang membuat saya mudah saat menjadi pelatih kepala Persija Jakarta, juga Bali United. Banyak belajar dari Persebaya Surabaya," tegas Teco.
Menurut dia, tekanan saat melatih (pelatih fisik) tim besar, seperti Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, dan beberapa tim di Thailand, membuat dirinya paham dalam menghadapi setiap tekanan di tim secara teknis, manajemen, dan fans.
"Melatih tim seperti ini dengan tekanan yang begitu keras, dulu bermain di Gelora 10 November langsung dekat dengan mes, dekat stadion, bayangkan saat kami latihan saja 2.000 - 5.000 orang nonton. Saya pelatih fisik saat itu, pemain hanya latihan lari saja, yang nonton banyak dan memberikan semangat tepuk tangan," jelas Teco kenang lima tahun lalu saat menjadi pelatih fisik Persebaya Surabaya.
Namun, saat tim meraih hasil minor, para fans juga mengkiritik keras.
"Waktu tim kurang, mereka kritik luar biasa. Saya sudah rasakan tekanan seperti itu saat di Persebaya Surabaya, klub-klub di Thailand, dan Persija. Tapi yang paling penting, saya sukses semua itu dimulai dari Persebaya Surabaya," jelas Teco.
(*)