BMKG Catat Ada Ratusan Gempa Susulan Pascagempa Buleleng Kamis Lalu, Begini Penjelasannya

BMKG mencatat ada ratusan gempa susulan yang terjadi pascagempa Buleleng 5,1 SR Kamis lalu

Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/M Firdian Sani
Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Mohamad Taufik Gunawan menjelaskan gempa yang terjadi di Buleleng, Bali, Kamis (14/11/2019). BMKG Catat Ada Ratusan Gempa Susulan Pascagempa Buleleng Kamis Lalu, Begini Penjelasannya 

BMKG Catat Ada Ratusan Gempa Susulan Pascagempa Buleleng Kamis Lalu, Begini Penjelasannya

Laporan Wartawan Tribun Bali, M Firdian Sani

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Warga Buleleng khususnya yang berada di Seririt sempat dibuat gusar lantaran gempa 5,1 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Buleleng, Bali, Kamis (14/11/2019).

Gempa itu berpusat 21 kilometer barat daya Buleleng dengan kedalaman 10 kilometer di bawah laut.

Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Mohamad Taufik Gunawan, mengatakan pusat gempa lebih dekat dengan wilayah Seririt.

"Gempanya di utara dekat Seririt, memang ada beberapa patahan di sana. Gempa utamanya itu 5,1 SR, dan gempa susulannya itu ada ratusan, sampai jam 7 pagi tadi. Kami perhatikan gempa susulannya turun dari hari ke hari," ujarnya saat jumpa pers, Sabtu (16/11/2019).

Dari ratusan gempa susulan itu, ia menerangkan bahwa yang dirasakan hanya satu, yakni gempa susulan sebesar 4,4 SR.

"Gempa ini uniknya didahului dengan gempa pendahuluan dan dirasakan juga, pertama 4,6 SR kemudian terjadi yang besar atau gempa utama sebesar 5,1 SR, kemudian ada ratusan gempa susulan, dan yang dirasakan sebesar 4,4 SR," katanya.

Dirawat di RSUD Negara, Korban Penebasan Alami Luka Robek 10 Centimeter

Detik-detik Gunung Merapi Erupsi, Akankah Letusan seperti Tahun 2010? Ini Kata Ahli Vulkanologi

Taufik menyebut, gempa di Buleleng ini semakin hari semakin sedikit, bahkan jika dilihat dari data statistik, pada Kamis (14/11/2019) terjadi 48 gempa, Jumat (15/11/2019) terjadi 36 kali gempa, dan Sabtu (16/11/2019) terjadi 16 kali gempa.

Ia menjelaskan, tiap daerah memiliki batuan yang berbeda-beda sehingga memengaruhi jenis gempa, dan ada 3 jenis gempa yang umum terjadi.

"Karena tiap daerah memiliki batuan yang unik, dan batuan itu mengalami pergeseran atau deformasi. Jadi ada 3 macam gempa, ada yang langsung terjadi, kemudian gempa susulan. Ada yang didahului gempa-gempa kecil baru gempa besar dan susulan. Ada juga yang tidak pernah berhenti, jadi begitu ada gempa besar itu dia akan terus," jelasnya.

Gempa di Buleleng memang ada kaitannya dengan patahan yang ada di tiga wilayah Bali Utara, seperti yang disampaikan Taufik.

"Di Bali Utara ada tiga wilayah yang terdapat patahan, tiga wilayah itu ialah Seririt, Tejakula dan Karangasem. Jadi dua di Buleleng, satu di Karangasem," kata dia.

Tiga Titik Jalan Desa Lokapaksa Rusak Berat, Padahal Jalur Melasti dan Perekonomian Warga

Berpegangan di Jukung yang Terbalik, Darma Ditemukan Setelah Terombang-ambing 10 Jam di Laut

Terkait itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan akan menambah sensor pendeteksi gempa di dua wilayah Bali.

"Pertimbangan lokasi pemasangan sensor gempa itu di zona-zona aktif yang tersebar di wilayah seluruh Indonesia. Kami sudah mendata ada 295 patahan aktif, termasuk tiga di antara patahan itu ada di wilayah Bali Utara," ujar dia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved