Anggota Polda Bali Ditembak Teroris di Poso, Minta ke Bali Saat Kondisi Memburuk, Kaki Diamputasi
Anggota Polda Bali Ditembak Teroris di Poso, Minta ke Bali Saat Kondisi Memburuk, Kaki Diamputasi
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Aloisius H Manggol
Sesuai perintah Kasat Brimob, sekitar pukul 19.30 Wita, satu regu berjumlah 10 orang berangkat naik ke perbukitan mengecek lokasi penemuan kepala dan melakukan penyisiran untuk mencari badan orang tersebut.
Pencarian yang dilakukan sampai larut malam akhirnya membuahkan hasil.
Badan korban ditemukan di pinggir sungai tidak jauh dari lokasi penemuan kepala.
Selanjutnya pada Senin 31 Desember 2018 sekira pukul 07.00 Wita, tim turun kembali membawa mayat korban dengan menggunakan kendaraan.
Saat kembali, Aipda Andrew selaku Komandan Regu (Danru) ditemani Bripda Baso berangkat lebih awal mengecek situasi mengendarai sepeda motor.
“Saat mengecek situasi itu, ditemukan ada kayu melintang di jalan. Saya bersama Bripda Baso menyingkirkan kayu tersebut agar tim yang membawa mayat bisa lewat. Baru mau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba ada 4 kali suara tembakan dari arah perbukitan,” paparnya.
Penembakan yang terjadi sekitar pukul 08.00 Wita itu mengenai bagian punggung atas kiri Aipda Andrew.
Meskipun darah mengalir ditubuhnya, ia masih sempat melakukan perlawanan.
Bripda Baso pun tertembak, Aipda Andrew yang juga dalam kondisi tertembak berusaha memberikan pertolongan untuk menyelamatkan Bripda Baso.
“Nah saat memberikan pertolongan tersebut betis kaki kanan saya kena tembak. Berselang 30 menit, 8 orang anggota yang membawa mayat tiba dan langsung memberikan bantuan. Saat itu juga tidak ada suara tembakan dari perbukitan,” jelasnya.
Aipda Andrew dan Bripda Baso langsung dievakuasi ke mobil patroli.
Sempat dibawa ke Puskesmas Sausu, tetapi karena kondisi luka yang cukup parah akhirnya dibawa ke RS Bhayangkara Palu yang ditempuh selama 9 jam.
Tiba di RS Bhayangkara Palu, kami langsung mendapat penanganan medis oleh dokter.
“Sempat dirawat selama 5 hari di ICU, kondisi saya justru semakin memburuk dan akhirnya saya sendiri meminta untuk dirujuk ke RS Sanglah, Denpasar,” imbuh Aipda Andrew.
“Kenapa saya meminta dirujuk ke RS Sanglah? Bayangan saya waktu itu pasti akan mati. Kalau mati di RS Sanglah, setidaknya saya tidak menyusahkan keluarga. Syukur saya bisa melewati cobaan tersebut,” sambungnya.