Anggota Polda Bali Ditembak Teroris di Poso, Minta ke Bali Saat Kondisi Memburuk, Kaki Diamputasi

Anggota Polda Bali Ditembak Teroris di Poso, Minta ke Bali Saat Kondisi Memburuk, Kaki Diamputasi

Ilustrasi ditembak 

Dokter di RS Sanglah menilai bahwa luka tembak di kaki Aipda Andrew sudah infeksi. Apabila tidak diamputasi akan menyebabkan kematian karena sudah tidak ada aliran darah ke kaki bagian bawah. 

“Saya langsung shock dan sedih mendengar penjelasan dokter. Saat itu juga saya bersama keluarga memutuskan dan menyetujui dilakukan operasi amputasi di atas lutut tanggal 17 Januari 2019. Saya sudah dioperasi sebanyak 8 kali untuk mengangkat serpihan peluru,” tuturnya.

Semangat hidup Aipda Andrew datang dari istri dan ketiga anaknya, Putu Ayu Rania Putri (5), Made Ngurah Satya Putra (3) dan Ngurah Arya Wiguna (7 bulan).

Ia tetap semangat melaksanakan tugas meskipun menggunakan kaki palsu. 

“Saya berjalan harus pelan-pelan. Akibat kaki dipotong di atas lutut maka saya jalan harus menggunakan pinggul,” ungkapnya.

Ia mengaku bahwa kaki palsu yang digunakannya sangat tidak nyaman sehingga sering merasa nyeri. Rasa nyeri itu dirasakan setiap hari sehingga mengganggu waktu tidurnya. 

“Saya berharap rasa sakit ini segera hilang. Saya juga mohon dukungan dan perhatian dari pimpinan agar lebih semangat melaksanakan tugas sehari-hari. Saya menjadi tulang punggung di keluarga, istri juga belum bekerja sejak saya pindah ke Bali,” tambahnya.

Akhir Petualangan Santoso di Hutan Belantara Poso

Selama 1,5 tahun diburu, pimpinan kelompok teroris di Poso, Santoso alias tewas dengan timah panas bersarang di tubuhnya dalam baku tembak di daerah Pesisir Utara Poso, Sulawesi Tengah.

Kontak senjata nan mencekam pada Senin (18/7/2016) petang, terjadi selama 30 menit.

Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian ketika itu memastikan bahwa jenazah yang ditemukan di hutan belantara itu 100 persen adalah Santoso.

Dia tewas bersama Muchtar, anak buahnya.

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri menyebutkan, sejumlah ciri fisik pada jenazah itu identik dengan Santoso.

Salah satunya yakni tanda tahi lalat di dahinya.

Tanda tahi lalat pada jenazah itu berukuran 0,7 sentimeter, persis seperti ukuran tahi lalat milik Santoso.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved