Siswa Dapat Belajar Gunakan Aplikasi, Ketua PGRI Tegaskan Tak Geser Peran Guru
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Wilayah Bali, Dr. I Gede Wenten Aryasudha mengatakan penggunaan aplikasi dalam pembelajaran akan memuda
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Menurutnya guru sebetulnya sudah siap dengan sistem e-learning ini.
• Sederet Arti Mimpi Menikah, Dipersunting Orang Tak Dikenal Berarti Kamu Sedang Mencari Keseimbangan
• Kunker Pertama ke Bali sebagai Menteri, Menparekraf Wishnutama: Hari Ini adalah Hari Istimewa
Namun, tidak di semua daerah sistem ini bisa diterapkan karena tidak semua daerah memiliki jaringan internet.
Kendala berikutnya adalah kemampuan ekonomi. Maka yang bisa menggunakan aplikasi ini adalah tidak semua guru dan siswa. Karena mereka harus dipastikan memiliki HP dengan sistem android.
“Nanti kalau orang tidak pakai android kan tidak bisa, itu jadi persoalan. Android juga butuh uang yang cukup. Maka ini perlu mendapat penyesuaian,” ujarnya.
Selanjutnya yang menjadi masalah adalah pendapatan guru honorer. Mereka tidak mendapat TPG dan gajinya pas-pasan.
Begitu juga ketika diwajibkan seluruh siswa memakai aplikasi, maka daya listrik dan kapasitas WiFi juga harus ditambah.
• Tinjau Pengerjaan Shortcut Mengwitani-Singaraja, Komisi V DPR RI Minta Pinggiran Danau Ditata Ulang
• Layanan SPKT, SIM dan SKCK Diakses Online, Polresta Sandang Penyelenggara Pelayanan Publik Terbaik
“Ini namanya perubahan (disruption), siap tidak siap (guru) harus ikut perubahan. Kalau tidak ikut perubahan, berarti kita akan tergusur oleh perubahan itu sendiri,” ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, dengan sistem e-learning maka orang tua juga ikut dilibatkan karena ketika guru memberikan soal, siswa pun bisa mengerjakannya dari rumah.
Selanjutnya saat siswa mendapat tugas, HP orang tua dan siswa akan berbunyi sehingga orangtua akan tahu bahwa anaknya ada tugas.
“Jadi antara orangtua dan siswa akan saling mengingatkan,” imbuh Kepala SMP PGRI 2 Denpasar ini.
Penerapan e-learning ini sudah dimulai sejak 6 bulan. Ia mengungkapkan pemerintah hanya memberikan bantuan aplikasi, sedangkan untuk penyediaan WiFi menggunakan dana BOS supaya tidak membebani siswa. (*)