Jasa Ngulapin Kendaraan di Taman Prakerti Bhuana Gianyar, Jro Mangku: Langsung Dibawa Dealer ke Sini
Taman Prakerti Bhuana, Kelurahan Beng, Gianyar selama ini memiliki prinsip sebagai pelayan umat.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Taman Prakerti Bhuana, Kelurahan Beng, Gianyar selama ini memiliki prinsip sebagai pelayan umat.
Hal tersebut bukan isapan jepol.
Sebab, mulai dari melayani upacara keagamaan Hindu Bali dalam sekala besar, hingga yang terkecil pun bisa dilakukan di pasraman milik Ida Bagus Mangku Putu Adi Supartha ini.
Satu di antara pelayanan yang tak terduga adalah ‘ngulapin’ atau mengupacarai kendaraan.
Secara umum umat Hindu di Bali, memiliki kepercayaan bahwa setiap benda memiliki aura, begitu juga dengan kendaraan.
Karena itu, setiap membeli kendaraan baru, baik itu kendaraan yang baru dibeli dari dealer atau kendaraan yang baru dibeli dari orang lain, umat akan mengupacarainya sebelum memakai kendaraan tersebut dalam aktivitas sehari-hari.
Jro Mangku Dalang Samirana, Dokter Nyoman Sukartha, merupakan satu di antara puluhan pemangku yang standby di Taman Parakerti Bhuana (TPB).
Ditemui Minggu (1/12/2019) di TPB, pria pensiunan Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Bali ini mengatakan, di luar upacara massal yang dilakukan setiap enam bulan sekali, pada hari-hari biasa juga banyak masyarakat yang datang untuk melakukan upacara manusa yadnya di TPB.
Mulai dari upacara tiga otonan, mewinten saraswati bagi masyarakat yang memasuki masa greharsta, dan pernikahan.
Namun yang tak kalah maraknya adalah ngulapin kendaraan. Mereka yang ngulapin kendaraan ini datang dari berbagai daerah di Bali.
Menariknya, terkadang kendaraan yang akan diupacarai di sini, dibawakan langsung oleh daeler.
Namun hal ini atas permintaan si pembeli. Kendaraan yang diupacarai di sini, mulai dari mobil hingga sepeda motor.
“Kadang kalau kendaraan beli di daeler, langsung daelernya yang bawa ke sini.
Tapi kalau kendaraannya dibeli bekas, orangnya yang datang ke sini bawa kendaraannya. Tidak perlu ribet-ribet, tinggal telepon saja, bebantenannya dan pemangku sudah siap,” ujarnya.
Mangku Sukartha mengatakan, penyebab masyarakat ngulapin banten di sini, disebabkan oleh berbagai faktor.
Mulai dari kesibukan yang padat hingga ketidak tersediaan tempat untuk melangsung upacara ngulapin.
TPB yang mengemban misi melayani umat, sudah melihat prosesi ngulapin kendaraan sebagai suatu pelayanan yang harus diberikan.
Pelayanan ngulapin kendaraan ini sudah dilakukan sejak TPB berdiri pada 2008 lalu.
Lalu, apa tujuan dari ngulapin kendaraan tersebut, “Kita sebagai umat Hindu percaya bahwa semua benda itu memiliki aura positif dan negatif. Aura negatif itulah kita netralisir melalui bebantenan, supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada orang yang mengendarai kendaraan itu,” ujar Mangku Sukartha.
Seorang warga, Ketut Kariana asal Gianyar mengatakan, pihaknya sangat terbantu dengan adanya pelayanan ini.
Pihaknya ngulapin di TPB bukan karena kesibukan, tetapi karena ketidak tersediaan tempat untuk melakukan prosesi ngulapan di rumah.
“Tempat saya sempit, nanti mobil ini saja saya kontrakkan garase di tempat lain, jadi supaya praktis, saya langsung saja upacarai di sini,” ujarnya.
Dalam menggelar ngulapin kendaraan berupa mobil di TPB, biayanya relatif terjangkau, Rp 500 ribu.
Sementara untuk roda dua, dana punianya lebih sedikit lagi.
Biaya tersebut oleh TPB digunakan sebagai dana, ketiga gelaran upacara massal yang berlangsung setiap enam bulan.
Sebab dalam upacara massal ini, masyarakat tidak dikenai biaya, namun mereka diberikan medana punia sesuai kemampuan.
“Sudah sering ke sini, kalau tidak kendaraan saya, bawa kendaraan saudara,” ungkapnya. (*)