Berita Gianyar
Program Seragam Gratis Di Gianyar Bali, Siswa Hanya Terima Kain Dan Ongkos Jarit
Terkait keresahan akan kesulitan tukang jarit, Mawa menyerahkan sepenuhnya pada orang tua siswa.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pengadaan seragam sekolah di Kabupaten Gianyar, Bali, yang digelar oleh komite sekolah, setiap tahunnya selalu menjadi polemik. Baik itu dari segi biaya maupun penunjukan konveksi.
Dalam tahun ajaran 2025 ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gianyar pun mengambil posisi agar persoalan serupa tak timbul lagi.
Melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Gianyar, para peserta didik baru, baik tingkat sekolah dasar (SD) maupun Sekolah Tingkat Pertama (SMP) diberikan seragam gratis.
Namun dalam implementasinya, para siswa tidak menerima seragam dalam bentuk utuh. Melainkan hanya dalam bentuk kain dan biaya jarit.
Baca juga: SISWA Terdampak Banjir Boleh Belajar Daring! Belasan Siswa SDN 4 Dauh Puri Denpasar Tanpa Seragam
Seragam tersebut terdiri dari putih-merah, pramuka dan batik untuk siswa SD, sementara untuk siswa SMP berupa kain putih-biru, pramuka dan batik.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Gianyar, I Wayan Mawa saat dikonfirmasi, Selasa 7 Oktober 2025 membenarkan hal tersebut.
Kata dia, pembagian kain sudah berjalan, dan telah dibagikan ke sejumlah sekolah.
"Sudah didistribusikan di beberapa sekolah, kita tidak berikan seragam, tapi berupa kain dan ongkos jarit, nanti siswa sendiri yang mencari tukang jaritnya,” ujar Mawa.
Namun ia mengaku tak hafal berapa nominal ongkos jarit yang diberikan per siswa.
Program Pemkab Gianyar ini disambut positif oleh orangtua siswa.
Namun demikian, mereka tetap memiliki keresahan, terutama dalam mencari tukang jarit.
Sebab dikatakan, tidak semua tukang jarit bisa atau mau membuatkan seragam sekolah.
"Orang tua banyak yang komplain soal tukang jarit, karena jumlah tukang jarit sekarang sedikit, tak semua mau bikin seragam sekolah. Orang tua berharap semoga dinas ada tindakan jika seandainya banyak siswa tidak dapat tukang jarit," ujar seorang ketua komite sekolah dasar di Ubud, yang enggan dituliskan namanya.
Terkait keresahan akan kesulitan tukang jarit, Mawa menyerahkan sepenuhnya pada orang tua siswa.
Sebab pihaknya dalam hal ini hanya menyediakan kain dan ongkosnya.
Sebab jika pihaknya menyediakan tukang jaritnya, ditakutkan akan menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat.
"Untuk jaritnya, kami serahkan sepenuhnya pada orang tua, kami di dinas tidak menyediakan. Kami yakin tukang jarit yang ada saat ini bisa mengkover semua siswa di Gianyar," tegasnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.