Menarik Perhatian Wisatawan, Tradisi Makepung Lampit di Jembrana Dipadati Penonton
Tradisi yang digelar rutin setiap tahun ini menarik kunjungan baik wisatawan domestik maupun mancanegara
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Irma Budiarti
Terutama dengan makepung darat yang menggunakan kendaraan cikar.
Makepung Lampit menggunakan lampit (alat bajak sawah tradisional) yang kini sudah jarang ditemui.
Selain itu sirkuit atau lintasannya harus di areal persawahan berair dan berlumpur.
"Makepung Lampit merupakan agenda penutup dalam perlombaan makepung di Jembrana yang diadakan setiap tahunnya," ucapnya.
• Dokter Cok Terpilih Aklamasi Pimpin PSSI Gianyar
• Beri Kemudahan Konsultasi Hukum, Sosialisasi Aplikasi Wayan Adyaksha Libatkan Nanoe Biroe dan Zumba
Sebagai sekaa makepung, pihaknya berharap makepung di Jembrana bisa terus terlaksana dan tetap lestari sebagai warisan tradisi budaya lokal Jembrana.
"Tentunya bisa lestari hingga anak cucu kita ya," jelasnya.
Informasi yang dihimpun, perlombaan Makepung Lampit diikuti 29 peserta.
Kemudian, memperebutkan hadiah senilai total Rp 25 juta.
Juara pertama diraih Sekaa Makepung Tunjung Putih asal Banjar Pangkung Jajang, Desa Tukadaya, Melaya.
Juara pertama mendapatkan trofi dan uang pembinaan senilai Rp 7 juta.
Juara kedua diraih Sekaa Makepung Panca Pandawa.
Juara ketiga diraih Luh Sri Natalia, juara keempat Cak Mendol dan juara kelima diraih Putu Yogi.
Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan, Makepung Lampit merupakan tradisi lokal masyarakat agraris warisan leluhur di Jembrana, yang memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri yang patut dilestarikan.
Ke depan tradisi Mekepung Lampit ini akan dilaksanakan juga di areal sawah lainnya.
"Mungkin seperti di Rambutsiwi akan diadakan rutin di sana, dan tentu dengan acara yang lebih bervariatif lagi. Event ini kami harapkan juga lebih menarik minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara datang ke Jembrana," paparnya.
(*)