Sambut Tahun Baru Ada Penglipuran Village Festival di Bali, Begini Uniknya Desa Wisata Penglipuran
Nama Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali ini kembali selalu menjadi destinasi menarik bagi wisatawan domestik maupun internasional.
Namun patut dicatat bahwa suatu festival akan dapat dikenal dan menjadi brand suatu destinasi apabila dilakukan secara konsisten dan dengan waktu yang sudah pasti.
"Pengalaman menunjukan bahwa suatu festival harus dipastikan tempat, waktu, dan berbagai agendanya setahun sebelum hari H," kata I Gde Ptiana.
"Kelemahan kita selama ini adalah kurang promosi dan kurang pastinya tanggal pelaksanaan festival-festival yang begitu banyak yang kita lakukan di Bali maupun di seluruh Indonesia," lanjutnya.
Pelaksanaan sebuah festival, kata Pitana, haruslah mempunyai visi yang pada ujungnya adalah untuk kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, sebuah festival yang penuh dengan nilai kreativitas yang tinggi dengan cultural values harus mampu dikonversi ke arah nilai ekonomi yaitu kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan ini bukan saja sifatnya sementara, melainkan harus berkelanjutan sehingga festival bisa menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi sebagai suatu modal atau capital.
"Pada akhirnya capital ini harus bisa menggerakkan kemakmuran masyarakat lokal atau dengan kata lain sebuah festival harus dapat mentransformasikan dari C-1 yaitu Creativities menuju ke C-2 Commercialization atau nilai ekonomi selanjutnya ke C-3 yaitu Commoditization dan C-4 yaitu Capitalization dan berujung ke C-5 yaitu Community Development," kata Pitana.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penglipuran, Desa Wisata Bali dengan Sederet Penghargaan