Dinas Peternakan Akan Semprot Disinfektan di Kandang Babi, Masih Tunggu Hasil Lab Babi Mati di Bali
Sementara menunggu hasilnya, adapun upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pertanian antara lain akan turun ke lapangan untuk menyemprotkan disinfektan
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
“Sementara sebaiknya jangan dulu memakai makanan sisa. Pakai yang alami saja,” imbaunya.
• Peternak di Bali Resah Sudah 606 Babi Mati di 3 Kabupaten Ini, Gejala Demam Tinggi & Kulit Kemerahan
• Fenomena Ratusan Babi Mati Mendadak di Tabanan Jadi Perhatian, Peternak di Bali Was-was
Selanjutnya, kalau benar kematian babi ini karena positif ASF, maka babi-babi yang diketahui sudah sakit harus segera diisolasi agar tidak menular ke babi yang lainnya.
Wisnuardhana menegaskan, penyakit ASF tidak bersifat zoonosis, atau tidak menularkan penyakit kepada manusia, sehingga babi yang dijual masih aman untuk dikonsumsi.
Bahkan di Medan sudah ada kampanye makan daging babi.
“Artinya kalau daging babi itu sudah mengandung virus demam babi, masih aman untuk dikonsumsi,” tegasnya.
Penyakit ini bisa menular melalui kontak langsung, kebersihan kandang yang kurang terjaga, sentuhan, makanan, dan suntikan.
Selanjutnya ia mengimbau agar babi yang sudah mati segera dikubur, jangan dibuang ke sungai, dan jangan dipotong untuk dijual lagi supaya tidak ada penyebaran penyakit.
Sementara kematian babi ini paling banyak ditemukan di Kabupaten Badung.
Dari persentase kematiannya memang sedikit, tetapi kerugian yang dialami peternak cukup besar sehingga tetap diupayakan agar babi yang mati tidak bertambah banyak.
Ia juga mengimbau kepada para peternak tidak perlu resah dengan kondisi saat ini, sehingga harus menjual babinya dengan harga yang murah.
Adapun populasi ternak babi di Bali mencapai sekitar 700 ribu ekor.
(*)