Babi Mati Mendadak di Badung Terus Bertambah, 564 Ekor Hingga Akhir Januari 2020
Babi mati mendadak di Kabupaten Badung terus bertambah. Hingga akhir bulan Januari 2020 tercatat sebanyak 564 ekor babi mati
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Irma Budiarti
Babi Mati Mendadak di Badung Terus Bertambah, 564 Ekor Hingga Akhir Januari 2020
TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Babi mati mendadak di Kabupaten Badung terus bertambah.
Hingga akhir bulan Januari 2020 tercatat sebanyak 564 ekor babi mati.
“Dari 1.300 populasi babi yang dilaporkan dan kita survei, sebanyak 564 mati, ” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, Rabu (29/1/2020).
Wijana mengatakan, mengantisipasi penyebaran wabah ini, petugas Dinas Pertanian dan Pangan di lapangan sudah mengambil sampel darah dan organ dalam untuk diteliti di laboratorium Balai Besar Veteriner Medan.
Hanya sampai saat ini hasilnya belum diketahui.
“Sampai saat ini hasilnya belum kami ketahui," ujarnya.
Wijana mengaku tidak bisa berbuat banyak lantaran obat dan vaksin penyakit babi tersebut belum tersedia.
Meski jenis penyakit yang menyerang babi tersebut belum teridentifikasi, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah seperti memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara mencegah penyebaran wabah.
Pencegahan dengan menerapkan bio sekuriti yaitu selalu menjaga kebersihan kandang, semprot disinfektan, membatasi ketat orang, barang, bahan dan hewan keluar masuk kandang guna mencegah virus.
“Total semua populasi babi di Badung mencapai 69.300 ekor. Nah kami harap semua itu tidak terkena virus dan tetap sehat,” kata Wijana.
Dia memastikan penyakit babi tersebut tidak menular ke manusia, sehingga dagingnya aman dikonsumsi asalkan dari babi yang sehat dan dimasak secara benar.
• Peternak Duga Isu ASF untuk Anjlokkan Harga Babi Jelang Galungan
• Antisipasai Penyakit ASF Dinas Pertanian dan Pangan Badung Langsung Lakukan Cek Lab
“Kami pastikan daging babi aman dikonsumsi," tegasnya.
Dia perkirakan stok babi masih aman menjelang hari raya Galungan pada bulan Februari 2020 mendatang.
“Apalagi di Badung total babi yang ada sekitar 69.300 sampai 69.600 ekor,” tandasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, mengatakan kematian babi sudah diidentifikasi berada di tiga lokasi.
Pertama di Pesanggaran, Kota Denpasar.
Kedua di Abiansemal dan Mengwi, Kabupaten Badung.
Ketiga, di Jegu, Kabupaten Tabanan.
Penyebaran penyakit berpeluang masuk ke kabupaten lain di Bali.
“Kita sudah ambil sampel darah, daging dan fesesnya kemudian dikirim. Yang berhak mengambil dan mengirim sampel ini adalah Balai Besar Veteriner Denpasar,” kata Wisnuardhana di Denpasar, Rabu (29/1/2020).
Dijelaskannya, sampel tersebut dikirim ke Balai Besar Veteriner Medan.
Dari Medan hasilnya dibawa lagi ke Jakarta sehingga memerlukan waktu lama untuk identifikasi apakah kematian babi ini disebabkan penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi yang mewabah di berbagai negara.
Sambil menunggu hasilnya, kata dia, langkah dinas antara lain akan turun ke lapangan untuk menyemprot disinfektan.
“Kalau hasilnya benar demam babi, obatnya belum ada kecuali pencegahan dengan membersihkan kandang dengan karena penyakit ini disebabkan virus,” ujarnya. Dia menyebutkan populasi babi di Bali sekitar 700 ribu ekor.
• Hasil Lab Babi Mati di Badung Belum Diketahui, Kadis Pertanian Minta Peternak Terapkan Bio Sekuriti
• Dinas Peternakan Akan Semprot Disinfektan di Kandang Babi, Masih Tunggu Hasil Lab Babi Mati di Bali
Sementara itu sejumlah petugas Balai Besar Veteriner Denpasar mengambil sampel darah babi di Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan, Rabu (29/1/2020).
Mereka didampingi petugas Dinas Pertanian Tabanan mengecek lapangan menyusul ditemukannya ratusan babi mati di Tabanan.
Beberapa hari lalu, 20 ekor babi di Desa Cau Belayu mati mendadak.
"Tadi (kemarin) petugas dari Balai Besar Veteriner didampingi Dinas Pertanian melakukan pengambilan sampel darah babi," kata Perbekel Desa Cau Belayu, I Putu Eka Jayantara, Rabu (29/1/2020).
Eka Jayantara mengatakan, untuk sementara kasus kematian babi mendadak baru terjadi di dua banjar.
Dia berharap kasus ini bisa segera teratasi.
Secara terpisah, Perbekel Cepaka, I Ketut Tedja mengungkapkan adanya bangkai babi yang dibuang ke sungai.
Warga sudah menemukan lima ekor babi yang kondisinya sudah membusuk.
Mereka temukan babi tersebut di aliran Sungai Penet.
Hal ini menimbulkan komplain dari warga dan pengelola akomodasi wisata.
"Yang kami khawatirkan adalah penyakit yang mencemari lingkungan. Sejumlah warga dan pihak vila sudah mulai komplain adanya bangkai ini," kata Tedja.
Dia belum berani menduga asal muasal bangkai babi tersebut.
Yang jelas, bangkai tersebut bukan berasal dari Desa Cepaka.
Namun, Sungai Penet ini mengalir dari wilayah Kabupaten Badung.
"Saya berharap pemerintah ikut mengawasi. Jika perlu berikan sanksi kepada mereka yang terbukti sengaja membuang bangkai babi tersebut. Selama ini kita yang di hilir terkena dampaknya," tandasnya.
(gus/wem/mpa)