Waspada Virus Corona di Bali
Sejak Merebak Virus Corona, Kunjungan Turis China ke Bali Turun, Kerugian Diprediksi Ratusan Juta
Dampak nyata dari penutupan bandara dan dibatasinya akses plesiran warga China ke luar negeri
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Sejak Merebak Virus Corona, Kunjungan Turis China ke Bali Turun, Kerugian Diprediksi Ratusan Juta
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wakil Ketua Umum I IHGMA, I Made Ramia Adnyana, mengakui dampak nyata dari penutupan bandara dan dibatasinya akses plesiran warga China ke luar negeri.
“Dampaknya sudah kami rasakan sejak 25 Januari 2020 kemarin, bahkan di Sovereign sudah kosong sampai 411 room night, dengan estimasi kerugian hampir Rp 200 jutaan,” sebutnya kepada Tribun Bali, Rabu (29/1/2020).
Pria yang juga GM Sovereign Bali ini, mengatakan, biasanya turis China datang dan memesan hingga 30-40 kamar selama 3 malam.
Namun kali ini semua itu hilang, karena adanya batasan dari Negara Tiongkok, agar warganya tak keluar negeri.
“Total kamar di Sovereign itu 198, nah kadang China mengisi sampai 40 kamar dengan length of stay 3 hari, kan dikali jadinya 120 room night. Saya hitung dari tanggal 25 Januari 2020 sudah hilang 411 room night,” jelasnya.
Cancellation terjadi hampir merata pada hotel yang ada di Bali, bahkan Ramia menyebutkan kamar hotel lain juga kehilangan wisman China hingga 500-1.000 room night.
“Bayangkan saja 1,2 juta wisman China yang datang tahun lalu dari total 6,3 juta wisman ke Bali, kini berkurang dan hilang,” tegasnya.
Solusi strategi yang dilakukan sementara, kata dia, tetap memonitor bookingan yang datang dari China.
• 30% Pekerja PLTU Celukan Bawang Masih di China, Ini Antisipasinya Jika Mereka Kembali ke Buleleng
• Tiga Pesawat TNI Angkatan Udara Siap Jemput WNI di Wuhan China
Kemudian tidak mengenakan cancellation fee untuk bookingan China yang cancel.
“Bagi travel agent, yang sudah melakukan pembayaran deposit, bisa tetap di-keep untuk bisa digunakan saat situasi membaik. Ini bentuk simpati kami,” imbuhnya.
Langkah internal, meningkatkan higienitas dengan menggunakan masker, pencunci tangan, dan memonitor situasi sampai aman sesuai imbauan pemerintah.
Untuk pasar, kata dia, sementara dialihkan dari pasar China ke India, Australia, Korea, Jepang, Eropa, dan domestik.
“Memang perlu waktu dan strateginya sedikit diubah, tadinya push ke China, kini dialihkan ke pasar tradisional seperti Eropa,” katanya.
Termasuk domestik market.
Sebab, kata Ramia, penting melakukan mix market sehingga potential loss bisa dikendalikan.
“Kita harus melakukan mix market agar tidak dominan satu wisman saja, bahaya kalau terjadi chaos seperti sekarang,” katanya.
Ketua GIPI Bali, Ida Bagus Agung Partha, memprediksikan penurunan okupasi bisa mencapai 30-40 persen dengan kondisi ini.
Meski begitu, ia berpesan agar pelaku pariwisata tidak panik.
Untuk itu, pihaknya telah memetakan negara yang potensial menggantikan kunjungan Tiongkok, selama tak berkunjung ke Bali.
"Eropa, Eropa Utara dan India masih bagus, Amerika juga potensial. Kami sudah petakan," imbuhnya.
• China Kerahkan Robot Khusus di Wilayah Ini untuk Cegah Virus Corona, Lihat Vidionya Saat Bertugas
• 81 Penerbangan Ke China Melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai Dibatalkan Akibat Adanya Virus Corona
Daerah-daerah tersebut mampu terbang langsung ke Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, sehingga dapat menggantikan kontribusi kunjungan wisatawan Tiongkok yang melemah.
Pihaknya juga sedang merancang dan menggenjot promosi ke daerah potensial tersebut.
Ketua PHRI Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, mengamini hal ini.
Ia memprediksikan potential loss bisa sampai 30 persen, khusus untuk kunjungan wisman China ke Bali.
Apalagi selama ini, 15-20 kota besar di China berkontribusi besar menyumbang banyak turis ke Bali.
Seperti kota Beijing, Shanghai, Shenzen, Taiwan, Kunming, dan lain sebagainya.
Ia mengatakan, target kedatangan turis China pada 2020 diharapkan sampai 2 juta.
Naik dibanding 2019 yang hanya 1,2 juta.
“Tapi kalau kondisinya seperti ini, mungkin bisa koreksi antara 300 ribu-400 ribu turis China selama 2020. Kalau selesai dalam sebulan saya yakin aman, tapi kalau lebih dari dua bulan tentu koreksi,” jelasnya.
Ia pun mengapresiasi Pemerintah Tiongkok yang mengambil sikap tegas, agar virus ini tak meluas ke negara lain.
“Informasi dari Konjen China yang ada di Bali, bahwa pemerintah mereka sangat amat serius menangani ini. Apalagi telah menelan korban, namun mereka yakin satu dua bulan terselesaikan dan ini juga bentuk langkah mengurangi dampak lebih luas,” tegasnya.
Keyakinannya, karena ilmu kedokteran yang kian berkembang dengan alat, SDM, hingga obat yang kian baik melawan virus.
“Saya rasa ini terjadi di seluruh dunia, karena penduduk China itu sekitar 1,4 miliar. Dan 300 juta diantaranya plesir ke seluruh dunia setiap tahun, tentu ini menjadikan China sebagai sumber turis terbesar di dunia,” katanya.
Walau demikian, ia bersyukur karena market lain seperti Australia dan India kian meningkat ke Bali.
“Makanya saya usulkan pada Menpar agar segera dibuka direct flight Bali ke India, apakah ke Mumbay atau New Delhi, jadi lebih mudah aksesnya,” tegas Rai.
(*)