527 Babi Mati Mendadak di Tabanan, Dinas Pertanian Usulkan Pengadaan 1.200 Liter Disinfektan

Hingga hari Kamis (30/1/2020), jumlah babi mati secara mendadak di Tabanan mencapai 527 ekor

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Irma Budiarti
Istimewa
Sejumlah petugas BB Veteriner Denpasar akhirnya datang ke Tabanan untuk mengambil sampel darah babi di Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan, Rabu (29/1/2020). 527 Babi Mati Mendadak di Tabanan, Dinas Pertanian Usulkan Pengadaan 1.200 Liter Disinfektan 

527 Babi Mati Mendadak di Tabanan, Dinas Pertanian Usulkan Pengadaan 1.200 Liter Disinfektan

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Komisi II DPRD Tabanan menggelar rapat kerja mendadak dengan Dinas Pertanian Tabanan menyikapi permasalahan babi mati secara mendadak dalam sebulan belakangan ini di Tabanan, Bali, Jumat (31/1/2020).

Sebab, hingga hari Kamis (30/1/2020), jumlah babi mati secara mendadak di Tabanan mencapai 527 ekor.

Jumlah tersebut tersebar di lima kecamatan dari total jumlah populasi babi mencapai 75 ribu lebih.

Semua permasalahan dibahas dalam rapat kerja ini, yang intinya meminta pihak pemerintah segera menangani kasus ini agar bisa segera diselesaikan.

Namun, pihak eksekutif justru menyatakan kekurangan obat disinfektan untuk kandang babi di Tabanan.

Dinas Pertanian hanya mendapat jatah 36 liter disinfektan.

Jumlah tersebut sangat jauh dari kebutuhan penyemprotan 74 ribu babi yang masih hidup di Tabanan.

DPRD kemudian meminta dinas pertanian mengusulkan kembali pengadaan disinfektan.

Dinas Pertanian pun mengusulkan sebanyak 1.200 liter disinfektan untuk disebar ke semua peternakan yang ada di Tabanan.

Anggaran keseluruhan yang diusulkan senilai Rp 234 juta lebih, dan khusus pengadaan disinfektan senilai Rp 183 juta.

Sedangkan sisanya digunakan untuk operasional petugas.

Namun, usulan tersebut masih sebatas usulan, mereka harus berjuang memperoleh jumlah pengadaan sesuai usulan.

Artinya, Dinas Pertanian belum bisa memastikan berapa liter disinfektan yang akan disetujui Pemkab Tabanan.

Antisipasi Virus Corona di Bali, Komisi IX DPR RI Sidak Persiapan Ruang Isolasi di RSUP Sanglah

36 Babi Mati Misterius di Gianyar, Distanak Gianyar Gencarkan Sosialisasi

"Ini serangkaian banyaknya laporan dari warga terkait peristiwa babi mati mendadak dalam sebulan belakangan ini. Sehingga kami gelar rapat kerja untuk mengetahui langkah apa saja yang dilakukan Dinas Pertanian terkait peristiwa ini, yang juga diisukan karena penyakit demam babi (ASF)," ujar Ketua Komisi II DPRD Tabanan, I Wayan Lara, Jumat (31/1/2020).

Dia melanjutkan, dari Distan sudah menyampaikan sesuai data yang dihimpun sudah ada 500 ekor lebih babi mati secara mendadak.

Cirinya semua hampir sama, hanya saja masih belum bisa memastikan apa penyebabnya.

"Distan juga sudah menyampaikan sudah melakukan beberapa langkah seperti sosialisasi kepada semua peternak. Karena diduga penyebabnya karena kurangnya peternak menjaga kebersihan kandang babinya," ungkapnya.

Politikus asal Kecamatan Kerambitan ini menyampaikan, selain sosialisasi, Dista  juga berencana melakukan penyebaran obat disinfektan ke semua peternak.

Hanya saja, jumlah yang diperoleh pada pengadaan bulan April 2020 mendatang belum mencukupi.

Sehingga dewan langsung meminta untuk mengusulkan ke pimpinan daerah dalam hal ini Bupati Tabanan untuk penambahan disinfektan.

"Kami sudah sampaikan juga ke pimpinan di DPRD dan eksekutif agar segera bisa dilaksanakan. Karena ini memerlukan langkah cepat agar segera bisa teratasi. Apalagi beberapa minggu ke depan, di Bali akan ada perayaan Hari Raya Galungan, kami akan kawal agar segera mendapat prioritas," tandasnya.

Babi Mati Mendadak di Badung Terus Bertambah, 564 Ekor Hingga Akhir Januari 2020

Dinas Peternakan Akan Semprot Disinfektan di Kandang Babi, Masih Tunggu Hasil Lab Babi Mati di Bali

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Budana didampingi Kabid Peternakan, I Wayan Suamba menyatakan, akan menambah pengadaan disinfektan sebanyak 1.200 liter dengan anggaran total sebanyak Rp 234 juta lebih.

Jumlah tersebut nantinya akan digunakan melakukan pencegahan 74 ribu ekor lebih babi yang masih hidup di Tabanan.

Budana menyatakan, pengadaan disinfektan yang semula akan dilakukan bulan April 2020 mendatang terpaksa akan dipercepat.

Selain dipercepat, jumlahnya juga akan ditambah.

Paling tidak awal Februari atau pekan depan sudah ada.

Sehingga segera bisa disebar ke semua peternak.

"Sesuai arahan dari dewan, kami akan kembali usulkan 1.200 liter disinfektan untuk pencegahan di setiap peternak," ujar Budana.

Budana menyebutkan, populasi babi di seluruh Tabanan sebanyak 75 ribu lebih.

Yang terdata mengalami mati mendadak sebanyak 527 ekor babi.

Sehingga total babi yang masih hidup di Tabanan sebanyak 74 ribu lebih.

Dari jumlah tersebut, dimiliki oleh 437 peternak yang memiliki lebih dari 10 ekor.

Hasil Lab Babi Mati di Badung Belum Diketahui, Kadis Pertanian Minta Peternak Terapkan Bio Sekuriti

Peternak di Bali Resah Sudah 606 Babi Mati di 3 Kabupaten Ini, Gejala Demam Tinggi & Kulit Kemerahan

"Data per kemarin (Kamis), ada 527 ekor yang mati. Ciri-cirinya semua sama, tapi kami tetap menunggu hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan Balai Besar Veteriner Denpasar ke Medan," katanya.

Karena banyak babi mati mendadak, kata dia, sebagian peternak terpaksa menjual babi yang dalam keadaan sakit dengan harga di bawah rata-rata yakni Rp 20 ribu per kilogram.

Total data yang dihimpun, sudah ada 244 ekor babi yang dijual dalam keadaan kurang sehat.

"Itu sebenarnya tidak boleh, padahal kami sudah sebutkan dalam surat imbauan yang disebar ke kecamatan dan semua desa  agar tidak menjual babi dalam keadaan kondisi kurang sehat. Namun masih saja ada yang menjualnya," dalihnya.

Sementara Suamba menambahkan, untuk 1 liter disinfektan diperuntukkan 100 ekor babi.

Jadi dengan tambahan 1.200 liter tersebut akan mampu mencakup wilayah terutama yang mengalami babi mati mendadak.

"Kita juga berupaya mengusulkan ke perusahaan pakan untuk membantu penambahan pengadaan obatnya nanti. Kami sudah mulai bersurat," jelasnya.

Disinggung mengenai bangkai babi yang dibuang ke aliran sungai, Suamba untuk sementara tak berkomentar banyak.

Ia hanya menyarankan peternak agar mengubur babi yang mati.

Namun ia juga tak bisa berbuat banyak, karena dengan peristiwa ini banyak peternak yang panik hingga stres.

"Mungkin karena kondisi peternaknya juga, jadi kami hanya bisa menyarankan agar mengubur setiap babi yang mati," sarannya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved