Virus ASF di Bali
Babi Mati Mendadak di Bali Positif ASF, Peternak Tabanan Minta Pemerintah Ambil Langkah Nyata
Peternak menginginkan ada langkah nyata yang dilakukan pasca-munculnya wabah yang merugikan para peternak babi di Bali
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Irma Budiarti
Babi Mati Mendadak di Bali Positif ASF, Peternak Tabanan Minta Pemerintah Ambil Langkah Nyata
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Penyebab kematian babi di Bali sudah diumumkan positif terserang virus African Swine Fever (ASF).
Respon dari peternak di Tabanan mengenai pengumuman tersebut biasa, karena secara umum tak terpengaruh dengan pengumuman tersebut.
Namun, peternak menginginkan ada langkah nyata yang dilakukan pasca-munculnya wabah, yang merugikan para peternak babi di Bali.
"Kalau peternak gak masalah, mau diumumkan sekarang atau tahun depan. Asalkan, action pemerintah ke bawah (peternak) harus cepat dilakukan. Apalagi tingkat kematian serangan virus ASF ini mencapai 60-80 persen bahkan 100 persen," tegas seorang peternak di Tabanan, Gusti Putu Winiantara, Rabu (5/2/2020).
"Minimal kasi dong, bantuan disinfektan ke kami, baik itu kelas 2 atau kelas 1, agar kami yang menjadi peternak bisa meningkatkan biosecurity," imbuhnya.
Menurutnya, ke depannya para peternak sangat menginginkan tindakan nyata dari pemerintah untuk melindungi masyarakat Bali terhadap hal seperti ini.
• Wabah Babi Mati Mendadak, Harga Babi di Jembrana Masih Stabil Rp 27 Ribu Per Kilogram
• BREAKING NEWS Kematian Babi di Bali Positif Terkena ASF, Diduga Tertular dari Makanan Sisa Hotel
Bagaimana pemerintah lebih memperhatikan ternak rakyat dan ekonomi kerakyatan.
Misalnya, seperti tanaman padi yang ada asuransi dan ada ketentuan harga pokok.
Dari sisi penjual, mereka kebanyakan menyasar babi sakit.
Bahkan mereka juga membeli dengan harga murah seperti di harga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu dari harga biasanya Rp 25-27 ribu per kilogram.
Kemudian ketika sudah dijual di pasar harganya tetap di angka Rp 55-60 Ribu.
Selain itu, para tukang jagal juga harus ikut menjaga sterilisasi di kandang setiap peternakan yang didatangi.
Karena mereka juga secara otomatis menjadi pembawa muatan virus tanpa mereka sadari, terutama dari bangsung (alat penangkap babi).
• Harga Babi di Bali Anjlok, Peternak Tak Menyangka Babinya Yang 3 Hari Bengong Tiba-Tiba Mati
• Dinas Pertanian Denpasar Imbau Peternak Babi Tak Tambah Bibit Baru, 45 Ekor Babi Mati
"Marilah kita bersama-sama bertanggungjawab. Artinya, peristiwa ini adalah bencana dan tidak ada yang boleh disalahkan, dan kami tidak pernah akan menyalahkan pemerintah. Hanya saja, kami inginkan perhatian pemerintah yang lebih serius, cepat dan tanggap. Dari sisi pembeli/penjual daging babi juga jangan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Toh, juga yang diajak berbisnis adalah peternak Bali," imbaunya.
Kemudian, kata dia, khusus untuk peternak juga jangan menjual babi yang sakit.