Kecamatan Marga Tabanan Makan Babi Guling Bersama, Peternak Tuntut Pemerintah Lakukan Langkah Nyata

Kecamatan Marga Tabanan menggelar acara sosialisasi kesehatan hewan ternak dirangkai dengan makan babi guling bersama

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Suasana saat acara makan daging babi guling bersama di Kantor Camat Marga, Tabanan, Bali, Rabu (12/2/2020) sore. Kecamatan Marga Tabanan Makan Babi Guling Bersama, Peternak Tuntut Pemerintah Lakukan Langkah Nyata 

"Kalau bisa dikasi jaring dulu di jembatan tersebut. Ada bantuan jaring lah, agar tidak ada yang membuang limbah atau bangkai babi lagi di sana, karena baunya sangat menyengat. Kalau dibiarkan seperti ini, akan terus terjadi," ungkapnya.

Dia mengungkapkan, 80 persen ternak babi di wilayah setempat sudah habis karena virus ini, sehingga mengakibatkan ekonomi di Desa Cau Belayu merosot drastis.

"Tapi kami hanya minta tolong agar tak ada yang membuang limbah saja ke sungai wilayah kami. Minimal ada bantuan jaring lah," tandasnya.

Selain itu, komentar pedas dilontarkan peternak asal Desa Tegal Jadi,  Putu Setiawan.

Ia sangat mengapresiasi acara ini yang mengajak masyarakat makan daging babi dan menyemangati peternak pasca diserang kasus kematian babi mendadak di Tabanan, khususnya Kecamatan Marga.

Namun, yang menjadi catatan adalah pergerakan pemerintah saat sebelum ada virus ini.

Apalagi, kasus ini sudah ditemukan mulai Desember 2019 di Desa Jegu, Kecamatan Penebel.

Ketika itu tak diantisipasi dengan baik sehingga menyebar ke tiga kecamatan yakni Penebel, Baturiti dan Kecamatan Marga.

"Apa yang dipaparkan dan dilakukan Dinas Pertanian saat kasus ini baru muncul, menurut saya cuma sebagai penonton, tindakan riil tak ada untuk pencegahan virus ini. Minimal saat itu ketika mengetahui ada kasus, langsung melakukan sosialisasi, seperti misalnya di Kecamatan Marga agar peternak bisa mengambil langkah antisipasi virus itu masuk ke wilayah kami," sentilnya.

Kemudian, kata dia, ketika virus ini telah merambah ke mana-mana, pemerintah juga tak ada gebrakan, minimal memberikan peternak disinfektan. 

"Kenapa baru seperti ini (ada kasus), baru melakukan ini (sosialisasi dan lainnya). Kami selaku peternak juga banyak meminjam modal seperti di bank, utangnya harus dibayar, sedangkan kami terserang wabah," ungkapnya.

Dia berharap, kasus ini dijadikan pelajaran semua pihak agar tidak terjadi lagi ke depannya.

Ke depan, bila terjadi kasus seperti ini agar cepat ada penanganan dari pemerintah.

"Saya contohkan, ketika ada suspect DB, bisa melakukan tindakan dengan cara fogging, kenapa ketika ada kasus kematian babi ini tak ada pergerakan atau tindakan? Jadi kasus ini seolah-olah dibiarkan, kami sebagai peternak berteriak menangis di bawah," tandasnya.

Terkait hal tersebut, Dinas Pertanian tak bisa berkomentar banyak.

Kepala Seksi Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Pertanian Tabanan Ni Nengah Pipin Windari yang hadir dalam acara tersebut hanya mengatakan pengadaan disinfektan sedang diperjuangkan oleh Dinas Pertanian.

Pihaknya juga meminta DPRD Tabanan mengawal proses pengadaannya agar segera terealisasi.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved