Nihil Kunjungan WN China, Pesanan Oleh-oleh Khas Bali dari Toko Turun Drastis

Pasca sepinya wisman China, dirinya hanya menerima pesanan rata-rata 2.000 biji dodol.

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Huda Miftachul Huda
Tribun Bali / Eka Mita Suputra
Kegiatan di sentra pembuatan dodol buah di Desa Besan, Dawan, Klungkung, Bali pada Rabu (12/2/2020). 

TRIBUN-BALI.COM- Wisatawan China menjadi salahsatu konsumen oleh-oleh yang cukup besar di Bali.

Namun virus corona menyebabkan tak adanya kunjungan wisatawan lantaran diberlakukannya larangan penerbangan dari dan ke China melalui bandara Ngurah Rai Bali.

Dalam beberapa bulan terakhir ini Dinas Pariwisata Bali mencatat ada pengurangan kunjungan mencapai 1,1 juta wisatawan China

Pemilik sejumlah toko oleh-oleh mengaku penjualan menurun drastis imbas sepinya wisatawan China akibat virus corona.

20 Orang Dirawat Terkait Dugaan Virus Corona di Bali, 9 Negatif, Sisanya Tunggu Pemeriksaan

Virus Corona Menginfeksi Penumpang Kapal Pesiar, Ini Dilakukan Mereka yang Dikarantina

Terbaru, RSUP Sanglah Karantina Dua Pasien Observasi Virus Corona, 1 WNI dan 1 WN China

Termasuk juga produksi oleh-oleh khas Bali.

Berikut penuturan pemasok oleh-oleh khas Bali yang biasa memasok untuk kebutuhan toko oleh-oleh yang banyak didatangi wisatawan di Denpasar.

*** 

Nengah Yuliati (50) bersama suami,  dan anaknya sedang sibuk membungkus dodol ketika ditemui di kediamanya di Desa Besan, Dawan, Klungkung, Bali, Jumat (10/8/2020).

Wabah Corona di Tiongkok ternyata cukup berpengaruh terhadap penjualan produk dodol buah khas Desa Besan.

Nengah Yulianti, seorang pengusaha dodol buah bergegas mengeluarkan olahan dodol untuk dijemur di bawah sinar terik matahari.

Sementara di belakang kediamannya, beberapa kerabat sedang sibuk mengupas buah salak yang akan dimasak untuk bahan utama dodol khas olahan keluarga Yulianti.

Pengaruh dari mewabahnya virus corona di Tiongkok, ternyata cukup dirasakan oleh Yulianti.

Pasca minimnya wisatawan Tiongkok, penjualan produk dodolnya ke sejumlah toko oleh-oleh di Bali juga menurun drastis. 

Jika normalnya, dalam waktu empat hari sekali  ia bisa mengirim 4.000 biji dodol sesuai permintaan sejumlah toko oleh-oleh di Denpasar.

Namun pasca sepinya wisman Tiongkok, dirinya hanya menerima pesanan rata-rata 2.000 biji dodol.

Itupun dalam rentang waktu 10 hari sekali.

"Dampak virus corona di Tiongkok cukup dirasakan pelaku UMKM seperti kami. Sepinya wisatawan, membuat orderan dari sejumlah toko oleh-oleh jadi minim," jelasnya.

Selain itu, Yulianti juga dipusingkan dengan naiknya harga gula pasir di pasaran.

Jika sebelumnya harga gula pasir Rp 525 ribu per 50 Kg, saat ini naik Rp 650 ribu per 50 Kilogram.

"Harga gula naik, tapi kami tidak bisa menaikan harga," ungkapnya.

Namun dia mengaku penurunan permintaan dodol dari toko oleh-oleh tersebut banyak tertolong.

Itu lantaran terjadi peningkatan permintaan dodol dari pasar lokal berkaitan dengan Hari Raya Galungan.

Peningkatan terjadi sejak dua minggu lalu.

Dan diperkirakan penurunan permintaan dari pasar lokal berkaitan dengan hari raya akan menurun setelah perayaan Hari Raya Kuningan. 

“Bahkan sekarang saya kewalahan memenuhi permintaan pasar lokal. Pemesanan dilakukan melalui online shop. Untuk pembelian dalam jumlah banyak, itu harganya Rp 800 per buah,” ungkapnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved