Apakah Transgender Berkaitan dengan Gangguan Jiwa?
Orang yang melakukan perubahan jenis kelamin, atau biasa disebut dengan transgender, kerap menerima pandangan miring dari masyarakat.
“Setelah mengubah jenis kelaminnya, para transgender berharap bisa merasa lebih baik, lebih tenang, dan lebih damai karena sudah menjadi dirinya secara utuh,” tutur Alvina.
Penolakan, ejekan, dan hinaan dari masyarakat dampak menjadi transgender tentu berbeda-beda.
Namun, Alvina menekankan bahwa transgender bukan merupakan penyakit yang harus diterapi.
“Sekali lagi, transgender itu bukan merupakan penyakit. Namun mungkin dalam prosesnya, para transgender akan menjadi terbuka tentang transgender-nya dan mengalami penolakan atau ejekan atau hinaan yang bisa berdampak pada mentalnya sendiri,” tutur Alvina.
Ia menekankan bahwa transgender sudah tentu merasa tidak nyaman saat masyarakat menghakimi atau mengejeknya.
Jika terdapat transgender di lingkungan sekitar, Alvina menekankan, masyarakat sebaiknya bersikap baik dan memperlakukan transgender sebagai manusia yang memiliki hak asasi yang sama seperti orang lainnya.
“Masyarakat juga bisa membantu mengarahkan transgender untuk datang kepada tenaga profesional bila ia mengalami kebingungan tentang kondisi dirinya,” tambah ia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dokter Jiwa: Transgender Bukan Sebuah Penyakit"