Harga Salak Karangasem Anjlok, Per Kg Hanya Rp 2 Ribu
Per kilogramnya sekitar Rp 2.000, ada juga petani salak yang hanya menjual Rp 1.000 per kilogramnya. Kerugiannya hampir jutaan rupiah
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Bambang Wiyono
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Petani salak di Karangasem mengeluh lantaran harga anjlok.
Harga per kilogram hanya Rp 2.000, turun hingga 75 persen dibanding akhir 2019 yang harga mencapai Rp 8.000.
Penurunan harga terjadi sejak awal Januari saat memasuki musim panen.
I Nengah Suwena, petani salak asal Selat mengatakan, harga turun drastis saat musim panen.
Padahal sekarang menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Petani salak mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.
Pengeluaran dan penghasilan dari penjualan salak tak sebanding.
“Petani salak banyak yang mengeluh karena harga anjlok. Per kilogramnya sekitar Rp 2.000, ada juga petani yang hanya menjual Rp 1.000 per kilogramnya. Kerugiannya hampir jutaan rupiah,” jelas Nengah Suwena, Senin (17/2/2020).
Permintaan salak dari luar Karangasem juga mengalami penurunan.
Belum lagi, anjloknya harga salak terjadi saat musim panen raya.
Pasokan salak meningkat lantarn hampir semua petani memanen.
Sehingga petani bersaing hingga berpengaruh ke harga.
Kondisi ini rutin terjadi periode Januari - Maret serta Agustus - Oktober.
"Ada beberapa petani yang terpaksa tidak panen salaknya karena anjloknya harga. Salak dibiarkan jatuh sendiri karena upah panen, dan mengangkut, mahal. Kalau hitung - hitungan petani tidak dapat apa - apa," jelas Suwena.
Saat ini, harga salak di pasaran berkisar Rp 4.000 - Rp 5.000 per kilogram. Petani dan pedagang salak berharap harga normal lagi, sehingga tidak merugi banyak.
